Assalamu'alaikum wr.wb.,
Ada yang menanggapi tulisan mengenai sejarah Al Qur'an di bawah.
Berikut ini response saya terhadap tanggapan tsb.
Mudah2an bermanfaat.
> Di kalangan kaum muslim awam, teks dan bacaan yang ada dewasa
> ini di dalam mushaf Alquran diyakini sebagai rekaman lengkap
> dan otentik wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang dikodifikasi Zayd
> ibn Tsabit berdasarkan otoritas Khalifah Utsman ibn Affan.
> Pernyataan Alquran dalam 15:9, dipandang sebagai garansi ilahi
> atas kemurnian mushaf tersebut dari berbagai perubahan dan
> penyimpangan, bahkan --menurut suatu pendapat yang ahistoris--
> dalam titik serta barisnya.
>
Pendapat mengenai kemurnian kitab suci Al Qur'an ini tidak hanya
di kalangan Muslim awam, tapi juga di kalangan scholars, Muslim
maupun non-Muslim. Meskipun dasar keimanan terhadap ini bisa
dilihat dalam Qur'an 15:9, tetapi hal ini bisa dibuktikan melalui
catatan2 sejarah dan argumen yang logis (i.e. presevation by
memorization and the written text).
> Tetapi, orang-orang yang mengetahui perjalanan historis Alquran
> menyadari bahwa keadaan sebenarnya tidaklah sesederhana itu.
> Fenomena kesejarahan Alquran yang awal justeru menunjukkan
> eksisnya keragaman tradisi teks dan bacaan kitab suci itu, yang
> kemudian menjadi alasan utama dilakukannya standardisasi
> Alquran oleh Utsman untuk kepentingan kohesi sosio-politik umat
> Islam. Uraian artikel anda di atas terlalu menyederhanakan
> proses penyusunan Al Quran yang super komplek. Penyederhanaan
> macam ini biasanya untuk menyembunyikan sesuatu agar tidak
> diketahui banyak orang.
Sejarah Al Qur'am bisa dibaca oleh semua, tidak ada yang perlu
disembunyikan, dan tidak perlu juga dibuat2 seakan2 menjadi
"kompleks" apalagi "super kompleks".
Beberapa sahabat terpercaya yang ditugaskan Utsman untuk menyalin/
mengcopy mushaf Qur'an yang sebelumnya dicompiled oleh Abu Bakar
berdasarkan suhuf2 yg telah ditulis dan dihapal semasa Nabi SAW masih
hidup untuk dijadikan standard mushaf yang disebarkan ke pelosok wilayah
Islam. Utsman melakukan tugas ini untuk menghindari perpecahan di
kalangan umat Islam di daerah2 baru di luar Arabia (Armenian dan
Azerbijan). Bukan karena adanya keragaman tradisi text dan bacaan
Qur'an (di luar yang diajarkan Nabi SAW).
> Fakta yang terekam sejarah dan tidak pernah dibantah oleh
> siapapun adalah adanya ukuran yang dilakukan oleh zaid bin
> tsabit ketika ia menjawab permintaan Abu bakar untuk
> mengumpulkan Al quran
>
> " Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami memindahkan
> sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari
> apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang."
>
> Mengumpulkan dan menyusun Al quran di ukur oleh Tsabit sebagai
> sesuatu pekerjaa yang lebih sulit dari memindahkan gunung
> raksasa.
>
> Bisakah manusia memindahkan gunung raksasa ?.... Imposible
> bukan ?
>
> Jadi Pengumpulan pengumpulan dan penyusuan Al quran pada masa
> itu adalah very very Imposible.
Ucapan Zaid tsb jangan langsung diartikan literally, tapi
merupakan ungkapan perasaan beliau yang overwhelming akan beratnya
tugas tsb. Ini mengingat bahwa meskipun banyak para sahabat
menghapal Al Qur'an semasa Nabi hidup, tapi mereka yang bisa
menulis Al Qur'an dalam suhuf2 tidak sebanyak mereka yang
menghapalkan. Seandainya ada satu mushaf saja di kalangan shahabat
saat itu dan mushaf ini somehow hilang atau terbakar, Al Qur'an
tidak hilang begitu saja dari kalangan mereka karena adanya
tradisi kuat penghapalan ini. Usaha pengumpulan suhuf yang
ditugaskan kepada Zaid ini bukanlah suatu yg impossible, buktinya
Zaid akhirnya menerima tugas ini dan berhasil menyelesaikannya.
> Kalau sekarang ada Al quran di tangan anda benarkan ia kitab
> yang lengkap ? benarkah ia kitab yang sempurna seperti yang
> dipropagandakan selama ini.
>
Jelas benar. Historically and logically. Kalau seluruh mushaf Al Qur'an
di dunia sekarang ini dibakar semuanya dan hilang dari muka bumi,
umat Islam dengan mudah bisa menulis kembali mushaf2 yg sama
dari hapalan2 mereka. Tradisi kuat penghapalan Al Qur'an ini turun
temurun dari generasi ke generasi sejak dari zaman Nabi. Bahkan
saat ini pun mungkin ada ratusan ribu orang di seluruh dunia yang
menghapal Al Qur'an from cover to cover.
> Sahabat, Sebenarnya literatur Sunni sendiri memperbincangkan
> berbagai riwayat yang menyebutkan sejumlah ayat telah hilang
> sebelum Alquran dihimpun atas inisiatif Abu Bakar. Pakar ilmu
> Alquran Suyuti dalam Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an meriwayatkan
> bahwa Umar pernah mencari-cari ayat Alquran yang ia lupa-lupa
> ingat. Umar menjadi sedih sekali, karena akhirnya ia menemukan
> orang yang mencatat ayat itu telah meninggal saat Perang
> Yamamah, dan akibatnya ayat itupun hilang (vol.I: 204). Umar
> juga ingat ayat-ayat lain yang ia pikir hilang dari Alquran,
> termasuk satu ayat tentang kewajiban terhadap orang tua dan
> satu lagi tentang jihad (vol.III: 84).
>
> Hal ini dibenarkan oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas,
> dan Ubay bin Ka'ab.
>
Ada dua hal yang perlu diingat:
1. Dalam 'ulumul Qur'an, dikenal adanya konsep "nasikh wa
mansukh", di mana dikenal adanya ayat2 Qur'an yang dihapus qira'at
atau bacaannya berdasarkan petunjuk Nabi SAW berdasarkan wahyu
dari Allah SWT (2:106). Meskipun terdapat perbedaan pendapat di
antara scholars mengenai detail hal ini, kita jumpai adanya
catatan2 sejarah atau riwayat2 yang menyebutkan memang ada ayat2
yg pernah diturunkan dan dihapalkan tapi kemudian dihapuskan dari
ingatan dan bacaannya sehingga tidak dimasukkan ke dalam kumpulan
suhuf Al Qur'an semasa Nabi hidup, dan ini berdasarkan petunjuk
Nabi SAW sendiri. Jadi ayat2 tsb tidaklah hilang atau tidak ditemukan
tulisannya begitu saja setelah Nabi wafat.
2. Riwayat2 mengenai hal ini yang bisa ditemukan dalam kitab2
ulumul qur'an atau masahif tidak semuanya bisa dipercaya begitu
saja tanpa diverifikasi keshahihannya. Ini jelas2 menunjukkan
keterbukaan, tidak ada riwayat2 yang disembunyikan oleh para ulama
Islam dalam hal sejarah Al Qur'an. Mengenai hal ini one scholar
Dr.G.F.Haddad, menulis:
"Anything that comes only from kitab al-Masahif must be held in
suspension until corroborated by an independent, reliable source
or declared authentic by one of the competent authorities, or
adduced by them".
Yang jelas, riwayat2 yg nyata2 shahih telah terang menyebutkan
bahwa seluruh isi Qur'an telah dihapal dan ditulis semasa Nabi SAW
hidup di bawah supervisi beliau sendiri. Apakah masuk akal kalau
kita memilih mempercayai riwayat2 yg tidak shahih dan penuh
keraguan dibanding riwayat2 yg shahih?
> Demikian juga dikemukakan Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar.
> Banyak keberatan juga ditujukan pada teks Alquran versi Usmani
> yang dibakukan hingga sekarang. Sejumlah riwayat menyebutkan,
> banyak sahabat terkemuka tidak menjumpai dalam teks resmi
> sejumlah ayat yang mereka sendiri dengar dari Nabi, atau
> menemukannya dalam bentuk berbeda.
Lihat point 2 di atas.
>
> Ubay bin Ka'ab, misalnya,membaca surat al-Bayyinah dalam versi
> berbeda yang ia klaim didengarnya dari Nabi, termasuk dua ayat
> yang tidak tercatat dalam teks Usmani. Ia berkata, versi
> orisinal dari surat al-Ahzab lebih panjang; ia juga mengingat
> ayat rajam hilang dari teks Usmani. Hal ini didukung oleh Zaid
> bin Tsabit dan Aisyah (yang menyebutkan pada masa hidup Nabi
> surat tersebut tiga kali lebih panjang). Hudzaifah bin Yaman
> menemukan sekitar tujuh puluh ayat tidak tercantum dalam teks
> Usmani, ayat-ayat yang ia sendiri biasa membacanya pada masa
> hidup Nabi. Ia mengatakan, surat al-Bara'ah (ke-9) dalam teks
> Usmani hanya sepertiga atau seperempat dari apa yang ada pada
> masa Nabi.
>
> Riwayat di atas tidak bersumber dari orientalis, melainkan
> kitab-kitab ulama terdahulu.
Lihat point 1 (nasikh mansukh) dan 2 (keshahihan riwayat2) di
atas.
Tidak sedikit orientalist dan misionaris yang mengutip riwayat2
yang disebutkan dalam kitab2 'Ulumul Qur'an maupun Masahif,seperti
al-Itqannya Suyuthi dan al-Masahifnya Ibn Abi Dawud, tanpa analisa
yang valid, konsisten, dan komprehensif (Dr.M.M.Azami dan
Dr.M.Mohar Ali membeberkan contoh2 nyata mengenai hal ini dalam
buku2 mereka - see the reference below). Padahal As-Suyuthi maupun
Ibn Abu Dawud sendiri mengakui bahwa isi mushaf Utsman bin Affan
adalah identik dengan apa yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada para
sahabatnya.
Dr.M.M.Azami menulis:
Even the author of al-Masahif himself, Ibn Abu Dawud, categorically denies
the reliability of reports about the variant readings which clash with the
‘Uthmanic text saying:
"We do not submit that anyone should recite the Qur’an except what
in Uthmanic mushaf. If anyone recites in his prayer against this
mushaf, I will order him to re-do his prayer." (Al-Masahif, p.53-54).
Wallahu'alam bi shawab.
--
Wassalam,
Ridha
References:
* The History of the Qur’anic Text from Revelation to Compilation,
by Dr.M.Mustafa Al-Azami
* The Qur’an and The Orientalists, by Dr.M.Mohar Ali
* Variant Readings of the Qur’an, by Dr.Ahmad Ali al-Imam
* Ulumul Qur’an, by Ahmad Von Deffer
* Companion Memorizers Of Qur'an, Refutation Of False Claims Made
By Christian Missionaries, by Dr.G.F.Haddad.
Tulisan dan artikel berkenaan dengan Islam, mencakup keimanan, Qur'an, hadits, sirah, interfaith, islamophobia, etc. Please feel free to comment and share your thoughts! Semoga bermanfaat...
Thursday, July 09, 2009
Tuesday, June 30, 2009
Debat Imam Syamsi dengan James White
Hari Kamis lalu saya mendengarkan acaranya langsung debat Imam Syamsi dengan James White dari radio IMAAM tapi suaranya agak kurang jelas, kemudian terputus waktu shalat Maghrib. Baru setelah Pak Duta mempost link ke video2 di youtube, saya bisa mendengarkan acaranya dgn lebih jelas. Semalam saya baru selesai nonton video2nya. It was a great debate!
http://www.youtube.com/watch?v=7UKhtyMF6m4
http://www.youtube.com/watch?v=U10eYK0xf1o
http://www.youtube.com/watch?v=QxfJ_ZTQGYs
Argument2nya James White mengenai the so-called Qur'an version Ibn Mas'ud dibantah Imam Syamsi dengan jelas dengan memperlihatkan kesalahan grammar the alleged manuscript, serta tidak adanya evidence mengenai the existence of this so-called mushaf/versi Ibn Mas'ud ini.
Di dalam acara debat aja terlihat ketidak jujuran si James. Waktu ust.Syamsi menjelaskan pandangan yg lebih logis mengenai interpretasi John 3:16, si James membawa John 10:30 "I and the Father are one." dan melanjutkan sampai verse 33 bahwa Jesus dilempari batu setelah berkata demikian dan dituduh mengaku dirinya sama dengan Tuhan. Tapi si James tidak melanjutkan verse berikutnya sampai 38, di mana Jesus menjelaskan argumentnya mengapa dia berkata demikian, yg jelas2 menolak tuduhan bahwa dia mengklaim dirinya Tuhan. Tapi si James curang, dia tidak mengquote ayat2 selanjutnya... (bisa dilihat di: http://www.youtube.com/watch?v=PkLnum4uJu4 -- pada minutes: 5:28 - 6:09 )
Juga argumentnya James mengenai Bible versions yg katanya hanya translation bukan version, dijawab ust.Syamsi dengan simple dan bukti2 bahwa bukan hanya beda translation tapi penambahan dan pengurangan texts . Juga pandangan Islam mengenai original sin, crucifixion, divinity and incarnation of Jesus, semuanya dijelaskan dgn gamblang dan logis oleh ust Syamsi. Sampai2 si James kebingungan menjelaskannya dengan berbagai akrobatik kata2 yg penuh logical contradiction.
Saya rasa, juga berharap, tidak sedikit orang2 non-Muslim yg open-minded di audience dalam acara tsb yg mendengar argument2nya Imam Syamsi akan tertarik belajar lebih jauh tentang Islam dan karenanya mendapat hidayah dari Allah SWT.
Amin.
http://www.youtube.com/watch?v=7UKhtyMF6m4
http://www.youtube.com/watch?v=U10eYK0xf1o
http://www.youtube.com/watch?v=QxfJ_ZTQGYs
Argument2nya James White mengenai the so-called Qur'an version Ibn Mas'ud dibantah Imam Syamsi dengan jelas dengan memperlihatkan kesalahan grammar the alleged manuscript, serta tidak adanya evidence mengenai the existence of this so-called mushaf/versi Ibn Mas'ud ini.
Di dalam acara debat aja terlihat ketidak jujuran si James. Waktu ust.Syamsi menjelaskan pandangan yg lebih logis mengenai interpretasi John 3:16, si James membawa John 10:30 "I and the Father are one." dan melanjutkan sampai verse 33 bahwa Jesus dilempari batu setelah berkata demikian dan dituduh mengaku dirinya sama dengan Tuhan. Tapi si James tidak melanjutkan verse berikutnya sampai 38, di mana Jesus menjelaskan argumentnya mengapa dia berkata demikian, yg jelas2 menolak tuduhan bahwa dia mengklaim dirinya Tuhan. Tapi si James curang, dia tidak mengquote ayat2 selanjutnya... (bisa dilihat di: http://www.youtube.com/watch?v=PkLnum4uJu4 -- pada minutes: 5:28 - 6:09 )
Juga argumentnya James mengenai Bible versions yg katanya hanya translation bukan version, dijawab ust.Syamsi dengan simple dan bukti2 bahwa bukan hanya beda translation tapi penambahan dan pengurangan texts . Juga pandangan Islam mengenai original sin, crucifixion, divinity and incarnation of Jesus, semuanya dijelaskan dgn gamblang dan logis oleh ust Syamsi. Sampai2 si James kebingungan menjelaskannya dengan berbagai akrobatik kata2 yg penuh logical contradiction.
Saya rasa, juga berharap, tidak sedikit orang2 non-Muslim yg open-minded di audience dalam acara tsb yg mendengar argument2nya Imam Syamsi akan tertarik belajar lebih jauh tentang Islam dan karenanya mendapat hidayah dari Allah SWT.
Amin.
Friday, June 26, 2009
On the passing of Michael Jackon
What Jermaine Jackson REALLY Said About Michael at His Press Conference
Friday June 26, 2009
Categories: Celebrities
Earlier today Jermaine Jackson's gave a press conference addressing the few known details surrounding his brother Michael's death. At the end of his emotional speech he says, "May Allah be with you Michael, always."
Interestingly enough, many media outlets, including The New York Times and ABC News Australia are misquoting this expression of faith.
The New York Times claims the quote was, "We all loved being with you Michael, always" whereas ABC News Australia says it was, "'May our love be with you always, brother."
Michael Jackson reportedly converted to Islam in late 2008 after he took the shahada, or oath of Islamic faith, in Los Angeles at a friend's home. He had been raised a Jehovah's Witness--which he spoke about in depth in an essay he wrote for Beliefnet in 2000. Jermaine became a Muslim in 1989.
Check out the video of the press conference. What do you hear him say?
Friday June 26, 2009
Categories: Celebrities
Earlier today Jermaine Jackson's gave a press conference addressing the few known details surrounding his brother Michael's death. At the end of his emotional speech he says, "May Allah be with you Michael, always."
Interestingly enough, many media outlets, including The New York Times and ABC News Australia are misquoting this expression of faith.
The New York Times claims the quote was, "We all loved being with you Michael, always" whereas ABC News Australia says it was, "'May our love be with you always, brother."
Michael Jackson reportedly converted to Islam in late 2008 after he took the shahada, or oath of Islamic faith, in Los Angeles at a friend's home. He had been raised a Jehovah's Witness--which he spoke about in depth in an essay he wrote for Beliefnet in 2000. Jermaine became a Muslim in 1989.
Check out the video of the press conference. What do you hear him say?
Friday, June 19, 2009
Handling stereotyping... Not as easy as it seems.
Menghandle issue stereotyping of Muslims di Amerika dari dulu memang not as easy as it seems. Soalnya kita harus selalu menghadapi dua fronts:
1. External - dengan non-Muslims (yg berbeda2 background dan agenda)
2. Internal - dengan Muslims sendiri (yg juga berbeda2 background dan
agenda masing2 - terutama berhadapan dgn extremist mindset yg sering
memenuhi news).
Kita memerlukan resources (effort, money, time, etc) as well as good
knowledge/methods/strategies to face the challenges above....
Mudah2an Allah SWT selalu memberikan kita kesabaran dan kebahagian
dalam perjalanan da'wah... Amin.
1. External - dengan non-Muslims (yg berbeda2 background dan agenda)
2. Internal - dengan Muslims sendiri (yg juga berbeda2 background dan
agenda masing2 - terutama berhadapan dgn extremist mindset yg sering
memenuhi news).
Kita memerlukan resources (effort, money, time, etc) as well as good
knowledge/methods/strategies to face the challenges above....
Mudah2an Allah SWT selalu memberikan kita kesabaran dan kebahagian
dalam perjalanan da'wah... Amin.
Saturday, June 13, 2009
Polemik dalam conspiracy theory peristiwa 911
Beberapa link berikut ini mencoba membantah adanya konspirasi 911:
http://wtc.nist.gov/pubs/factsheets/faqs_8_2006.htm
http://www.popularmechanics.com/science/defense/1227842.html
http://www.loosechangeguide.com/LooseChangeGuide.html
Namun para pendukung teori konspirasi 911 juga memiliki argument untuk membantah bantahan orang2 penentangnya (debunking the debunking). Banyak analisa dan pembahasan detail mengenai hal ini di blog2 dan youtube, termasuk salah satunya buku ini:
http://www.amazon.com/Debunking-11-Mechanics-Defenders-Conspiracy/dp/156656686X/ref=pd_bbs_sr_2/002-5158292-7064018?ie=UTF8&s=books&qid=1174013325&sr=1-2
Bulan lalu di salah news program di salah satu public TV station ada interview mengenai hal kontroversial ini: http://www.youtube.com/watch?v=oO2yT0uBQbM
Mudah2an aja Presiden Obama and his administration nanti mau membongkar ada apa di balik banyak kerancuan semua ini...
Wallahu'alam.
http://wtc.nist.gov/pubs/factsheets/faqs_8_2006.htm
http://www.popularmechanics.com/science/defense/1227842.html
http://www.loosechangeguide.com/LooseChangeGuide.html
Namun para pendukung teori konspirasi 911 juga memiliki argument untuk membantah bantahan orang2 penentangnya (debunking the debunking). Banyak analisa dan pembahasan detail mengenai hal ini di blog2 dan youtube, termasuk salah satunya buku ini:
http://www.amazon.com/Debunking-11-Mechanics-Defenders-Conspiracy/dp/156656686X/ref=pd_bbs_sr_2/002-5158292-7064018?ie=UTF8&s=books&qid=1174013325&sr=1-2
Bulan lalu di salah news program di salah satu public TV station ada interview mengenai hal kontroversial ini: http://www.youtube.com/watch?v=oO2yT0uBQbM
Mudah2an aja Presiden Obama and his administration nanti mau membongkar ada apa di balik banyak kerancuan semua ini...
Wallahu'alam.
Wednesday, June 10, 2009
Ayat Bible dalam film Perempuan Berkalung Sorban
Ada potongan kalimat bagus dari film "perempuan berkalung sorban". Saat si tokoh utama perempuan dan laki2nya dituduh berzina, lalu orang2 ramai2 memukul mereka dengan batu, lalu isteri kyai (ibu tokoh perempuan) ini berkata: "hanya orang2 yg tidak punya dosa saja yang berhak melempar batu."
Kok mirip ya dengan cerita Jesus di Gospel of John (John 7:53-8:11)? Sepertinya si penulis scenario film itu mungkin meminjam ide dari sana...
Terlepas dari itu, saya jadi ingat bukunya Bart Ehrman "Misquoting Jesus". Cerita ternyata ini tidak ditemukan in the earliest manuscripts, sebagaimana juga konsep Trinity di 1John 5:7. Tidak sedikit para scholars yg menganggap cerita tsb sebagai interpolation (ayat2 yg ditambah2kan oleh tangan2 penulis Bible)...
http://www.spectrummagazine.org/reviews/book_reviews/2007/12/18/misquoting_jesus_story_behind_who_changed_bible_and_why
Wallahu'alam.
Kok mirip ya dengan cerita Jesus di Gospel of John (John 7:53-8:11)? Sepertinya si penulis scenario film itu mungkin meminjam ide dari sana...
Terlepas dari itu, saya jadi ingat bukunya Bart Ehrman "Misquoting Jesus". Cerita ternyata ini tidak ditemukan in the earliest manuscripts, sebagaimana juga konsep Trinity di 1John 5:7. Tidak sedikit para scholars yg menganggap cerita tsb sebagai interpolation (ayat2 yg ditambah2kan oleh tangan2 penulis Bible)...
http://www.spectrummagazine.org/reviews/book_reviews/2007/12/18/misquoting_jesus_story_behind_who_changed_bible_and_why
Wallahu'alam.
Wednesday, May 27, 2009
Seeing more than what your eyes can see....
Setiap hari dalam aktivitas kita tanpa terasa kita berjumpa dengan
berbagai macam bentuk makhluk ciptaan Allah yang berada di
sekeliling kita. Kita berjumpa dengan berbagai rupa orang yang
simpang siur di jalan. Di jalan, kita lewati pepohonan, rerumputan,
bunga2 di taman. Semua lewat di hadapan kita, kita lihat, biasa
saja. Tidak ada specialnya. Tidak terasa impactnya dalam hati kita,
karena pikiran kita terkonsentrasi kepada masalah pekerjaan kita,
sekolah, bisnis, keuangan, kesehatan, keluarga, politik, umat, dlsb.
Suatu hari saya menyetir mobil keluar kota selama 3 jam. Karena
lama dalam perjalanan, untuk menghindari rasa kantuk, pandangan
saya arahkan sekali2 kepada pepohonan di kanan kiri jalan. Di dalam
perjalanan, terlihat berbagai macam bentuk dan jenis pepohonan,
dan rerumputan. Berbagai warna dari hijau tua, hijau muda, kuning,
merah dan coklat. Pandangan saya arahkan ke deretan pepohonan
pinus yang tinggi dan tampak gagah serta indah di pandang mata.
Di bawahnya pohon2 kecil tanpa daun hanya batang dan ranting2
saja dengan semak2 berbagai rupa dan rerumputan hijau terhampar
luas menghiasi lembah dengan sungai di sekelilingnya.
Tiba2 saya berpikir, bagaimana ya caranya mendesign pepohonan
tersebut dengan artificial intelligence dan biotechnology program?
Terbayangkan oleh saya bagaimana sulitnya membuat sebuah program
virtual reality dengan simulation modeling untuk suatu jenis tanaman
dengan berbagai properties dan functions lengkap dengan parameternya
yang menentukan proses pertumbuhan dari sebuah biji, design
batangnya, design cabang dan rantingnya, design dedaunannya, design
kulit pohonnya, maximum limit besar batangnya, maximum tinggi
pohonnya, ukuran maximum daunnya, warna dan texturenya, dlsb.
Belum lagi bentuk design keseluruhan dari pohon tadi bila telah jadi
sempurna yang tentunya semua scenario pertumbuhannya harus
diperhitungkan secara detail pula. Dan yang teramat sulit, setiap
pohon harus beda dengan pohon lainnya karena banyaknya faktor berbeda
yang mempengaruhi berbagai parameter dalam functionsnya. Tidak seperti
membuat cetakan dasar untuk membuat semua output yang identical.
Itu baru satu jenis saja. Belum lagi kita lihat ribuan jenis tumbuhan
lainnya. Itu pun baru dalam dunia tumbuhan, belum lagi dunia hewan,
dalam lingkungan terjangkau pandangan mata, belum lagi yang di luar
pandangan mata, seperti mikrokosmos (atom, cell, molecule, mineral,
etc) dan makrokosmos (planets, stars, galaxies, etc.) yang semuanya
berjalan dengan hukum2 yang jelas diatur designnya tidak random
semata. Jangan jauh2, tubuh kita sendiri sebagai bukti nyata
the grand design of the Creator. Perhatikan detak jantung memompa
darah tiap detik, paru2 tempat keluar masuk udara, serabut2 urat
nadi, sel2 otak, jaringan syaraf, dlsb. Semuanya membuktikan
adanya FINE TUNING, design mutakhir. No more or less.
Subhanallah... Ahsanul Khaliqin... The Best Designer dan Creator...
Tiap hari saya lihat pepohonan dan rerumputan, tapi kenapa tidak
terpikirkan selama ini betapa kompleksnya proses pembuatannya?
Sayang seribu sayang banyak orang yang melewati ini semua di hadapan
mata, tanpa terasa apapun dalam dada...
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Qur'an 22:46)
berbagai macam bentuk makhluk ciptaan Allah yang berada di
sekeliling kita. Kita berjumpa dengan berbagai rupa orang yang
simpang siur di jalan. Di jalan, kita lewati pepohonan, rerumputan,
bunga2 di taman. Semua lewat di hadapan kita, kita lihat, biasa
saja. Tidak ada specialnya. Tidak terasa impactnya dalam hati kita,
karena pikiran kita terkonsentrasi kepada masalah pekerjaan kita,
sekolah, bisnis, keuangan, kesehatan, keluarga, politik, umat, dlsb.
Suatu hari saya menyetir mobil keluar kota selama 3 jam. Karena
lama dalam perjalanan, untuk menghindari rasa kantuk, pandangan
saya arahkan sekali2 kepada pepohonan di kanan kiri jalan. Di dalam
perjalanan, terlihat berbagai macam bentuk dan jenis pepohonan,
dan rerumputan. Berbagai warna dari hijau tua, hijau muda, kuning,
merah dan coklat. Pandangan saya arahkan ke deretan pepohonan
pinus yang tinggi dan tampak gagah serta indah di pandang mata.
Di bawahnya pohon2 kecil tanpa daun hanya batang dan ranting2
saja dengan semak2 berbagai rupa dan rerumputan hijau terhampar
luas menghiasi lembah dengan sungai di sekelilingnya.
Tiba2 saya berpikir, bagaimana ya caranya mendesign pepohonan
tersebut dengan artificial intelligence dan biotechnology program?
Terbayangkan oleh saya bagaimana sulitnya membuat sebuah program
virtual reality dengan simulation modeling untuk suatu jenis tanaman
dengan berbagai properties dan functions lengkap dengan parameternya
yang menentukan proses pertumbuhan dari sebuah biji, design
batangnya, design cabang dan rantingnya, design dedaunannya, design
kulit pohonnya, maximum limit besar batangnya, maximum tinggi
pohonnya, ukuran maximum daunnya, warna dan texturenya, dlsb.
Belum lagi bentuk design keseluruhan dari pohon tadi bila telah jadi
sempurna yang tentunya semua scenario pertumbuhannya harus
diperhitungkan secara detail pula. Dan yang teramat sulit, setiap
pohon harus beda dengan pohon lainnya karena banyaknya faktor berbeda
yang mempengaruhi berbagai parameter dalam functionsnya. Tidak seperti
membuat cetakan dasar untuk membuat semua output yang identical.
Itu baru satu jenis saja. Belum lagi kita lihat ribuan jenis tumbuhan
lainnya. Itu pun baru dalam dunia tumbuhan, belum lagi dunia hewan,
dalam lingkungan terjangkau pandangan mata, belum lagi yang di luar
pandangan mata, seperti mikrokosmos (atom, cell, molecule, mineral,
etc) dan makrokosmos (planets, stars, galaxies, etc.) yang semuanya
berjalan dengan hukum2 yang jelas diatur designnya tidak random
semata. Jangan jauh2, tubuh kita sendiri sebagai bukti nyata
the grand design of the Creator. Perhatikan detak jantung memompa
darah tiap detik, paru2 tempat keluar masuk udara, serabut2 urat
nadi, sel2 otak, jaringan syaraf, dlsb. Semuanya membuktikan
adanya FINE TUNING, design mutakhir. No more or less.
Subhanallah... Ahsanul Khaliqin... The Best Designer dan Creator...
Tiap hari saya lihat pepohonan dan rerumputan, tapi kenapa tidak
terpikirkan selama ini betapa kompleksnya proses pembuatannya?
Sayang seribu sayang banyak orang yang melewati ini semua di hadapan
mata, tanpa terasa apapun dalam dada...
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi
yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (Qur'an 22:46)
Monday, May 25, 2009
Berdiskusi dengan missionaris James White
Saya pernah berdiskusi beberapa kali dengan James White di youtube (user namenya: DrOakley1689) beserta murid2 dan simpatisan2 nya di sana. Karena mereka dididik dalam background apologetics ministry, saya lihat jelas sekali arrogancy mereka dalam berargumentasi, jarang sekali mau mengakui kesalahan meskipun telah jelas ditunjukkan, biasanya bukannya mengakui kesalahan tapi berusaha changing the subject (red-herring) mengalihkan perhatian ke topik lain, atau berkilah "it's only minor mistake" kemudian berusaha memblame Muslims yg dituduhnya juga sering melakukan kesalahan serupa. Sayang semua comments di youtube accountnya sekarang dihapus (not sure why he did it), padahal banyak diskusi2 yg sangat bermanfaat terutama tentang argumentasi mereka di sana.
Salah satu contoh video yg menunjukkan kesalahan James White saat berdebat dengan Shabir Ali bisa ditemukan di sini : http://www.youtube.com/watch?v=BT_yGgPYuZA
di mana James White jelas2 mengquote referensi dari buku misionaris yg diklaimnya dari buku Yasir Qadhi's ulumul Qur'an.
Lihat juga responsenya James White yg beralasan (setelah diperlihatkan ketidakjujurannya), bahwa dia salah membaca html code dalam list referencenya:
http://www.youtube.com/watch?v=7TEUMkkSHek
(dia sendiri akhirnya mengaku memakai referensi encyclopedia of islam yg ditulis oleh orientalists non-Muslim, contradicting his own standard of true scholarship references! dalam video response ini dia terlihat juga berusaha "menyerang" salah seorang lawan debatnya yg dituduhnya juga menggunakan referensi level serupa or worst than his... kelihatan sekali he is too arrogant to admit his inconsistency dan lack of true scholarship...)
James White ini memang favoritenya kalau berdebat masalah Qur'an dan Bible, dia membawa topik "variant readings" of the Qur'an. Dia melakukan ini biasanya kalau sudah kepepet ketika kita tunjukkan ayat2 Bible yg hilang dari Bible (seperti 1 John 5:7, Mark 16:9-20, etc). Dia biasanya bilang Bible sebagaimana dengan Qur'an juga memiliki "variant readings", ada ayat2 yg ditemukan di beberapa manuscript, yg tidak dijumpai di manuscript yg lain, serupa dengan Qur'an di mana ada ayat2 yg ditemukan dalam mushafnya Ibn Mas'ud tapi tidak ditemukan dalam mushaf Utsmani sekarang ini. Kadang dia juga membawa mushaf yg ditemukan di San'a, Yaman, yg dituduh berbeda dengan mushaf umum yg kita miliki saat ini.
James juga sering menyerang Qur'an dengan dua point berikut:
Karena James White ini temannya Sam Shamoun (team answering Islam), bisa jadi dia juga memakai reference answering-islam website dalam memandang Qur'an... (http://www.answering-islam.org/Quran/) - seperti tuduhan contradictions, scientific errors, etc...
Baru2 ini James White berdebat dengan Bart Ehrman yang terkenal dengan buku2 beliau yg membeberkan evidence of the corruption of the Bible, e.g. "Misquoting Jesus", "Lost Christianities", "Lost Scriptures", etc. [note: Debat audio antara White dan Ehrman ini hanya dijual di James White's ministry for $6, tapi manuscriptnya bisa dibaca di sini: http://www.brianauten.com/Apologetics/white-ehrman-transcript.pdf. ]
Dalam debat, James White (saking semangatnya dengan topik Qur'anic variant reading ini), berusaha mendesak Ehrman untuk memberikan pendapatnya mengenai Qur'an - padahal topik debatnya mengenai New Testament - (tampaknya dia sering berdebat dengan Muslims yg selalu membawa referensi dari buku2nya Bart Ehrman mengenai Bible yg membuat dia terpojok, sehingga dia ingin sekali membuat Ehrman mengeluarkan pendapat against the Qur'an, supaya nanti James bisa bilang ke Muslims lawan2 debatnya bahwa "Bart Ehrman himself is against the authencity of Qur'an!"). Sayangnya Ehrman berlaku jujur dan mengaku memang benar2 tidak tahu tentang Qur'an. Berikut ini cuplikan debatnya mengenai hal ini:
Dr. White : So if there is any claimed Scripture from antiquity that does not have the
originals—the Qur'an has textual variations in it—they can’t possibly come from God,
then?
Dr. Ehrman : I’m not drawing that theological conclusion. And I don’t really appreciate you likening
me to a Muslim.
Dr. White : I didn’t.
Dr. Ehrman : Both in your speech and just now. I’m not making any stand about the Qur'an; I don’t
know anything about the Qur'an. I’m simply making a very basic point. And I’m not
making this as a normative point for everybody; I’m saying for me it doesn’t make sense
to say that God inspired the words because He wanted us to have His words, if He didn’t
give us His words. We don’t have His Word because the originals don’t exist and
accurate copies don’t exist. There are places where we don’t know what the originals
even said.
....
Dr.Ehrman: James wants to talk about this as some kind of hard core standard that I have to apply across the board,
and with respect to—for example—the Qur'an. I don’t know anything about the Qur'an, I don’t know
very much at all about Islam, I’m not connected with Muslim apologists, that he’s in contact with. I do
know that they use my work, and I’m sorry that—if people don’t appreciate the fact that they use my
work. It’s not really my fault, I haven’t given my work to anybody, I simply write the books and let
people read the books. The books, in fact, make very different points from—points about inspiration.
The books make points about whether we have the original text of the New Testament. Our topic of
debate was: “Does the Bible (or Did the Bible) Misquote Jesus?” And the answer is yes.
Remember that for most of history, the Bible was not the printed edition that you read today. For most
Christians throughout history, the Bible was whatever manuscript happened to be available to them;
what manuscript was available to the Christians and their churches. All of these manuscripts have
mistakes in them; including mistakes in the words of Jesus. All Bibles misquote Jesus.
(bisa dibaca di transcript debat di link di atas - search documentnya dengan keyword "qur'an").
Biasanya untuk menghadapi tuduhan2 mengenai variant readings of the Qur'an dalam perdebatan, saya menggunakan buku2 berikut ini sebagai references:
Dr.M.M.Azami's "The History of The Qur'anic Text",
Dr.Ahmad Ali Al-Imam's "Variant Readings of the Qur'an",
Dr.Muhammad Mohar Ali's "The Qur'an and The Orientalists".
Mudah2an bermanfaat...
Salah satu contoh video yg menunjukkan kesalahan James White saat berdebat dengan Shabir Ali bisa ditemukan di sini : http://www.youtube.com/watch?v=BT_yGgPYuZA
di mana James White jelas2 mengquote referensi dari buku misionaris yg diklaimnya dari buku Yasir Qadhi's ulumul Qur'an.
Lihat juga responsenya James White yg beralasan (setelah diperlihatkan ketidakjujurannya), bahwa dia salah membaca html code dalam list referencenya:
http://www.youtube.com/watch?v=7TEUMkkSHek
(dia sendiri akhirnya mengaku memakai referensi encyclopedia of islam yg ditulis oleh orientalists non-Muslim, contradicting his own standard of true scholarship references! dalam video response ini dia terlihat juga berusaha "menyerang" salah seorang lawan debatnya yg dituduhnya juga menggunakan referensi level serupa or worst than his... kelihatan sekali he is too arrogant to admit his inconsistency dan lack of true scholarship...)
James White ini memang favoritenya kalau berdebat masalah Qur'an dan Bible, dia membawa topik "variant readings" of the Qur'an. Dia melakukan ini biasanya kalau sudah kepepet ketika kita tunjukkan ayat2 Bible yg hilang dari Bible (seperti 1 John 5:7, Mark 16:9-20, etc). Dia biasanya bilang Bible sebagaimana dengan Qur'an juga memiliki "variant readings", ada ayat2 yg ditemukan di beberapa manuscript, yg tidak dijumpai di manuscript yg lain, serupa dengan Qur'an di mana ada ayat2 yg ditemukan dalam mushafnya Ibn Mas'ud tapi tidak ditemukan dalam mushaf Utsmani sekarang ini. Kadang dia juga membawa mushaf yg ditemukan di San'a, Yaman, yg dituduh berbeda dengan mushaf umum yg kita miliki saat ini.
James juga sering menyerang Qur'an dengan dua point berikut:
- Author of the Qur'an tidak paham konsep trinitas yg dipercayai mainstream Christians: Father, Son/Jesus, Holy Spirit - bukan God, Jesus, Mary (bisa dibaca tulisannya di: http://www.aomin.org/aoblog/index.php?itemid=243)
- Author of the Qur'an tampaknya tidak tahu apa yang terjadi pada diri Jesus saat crucifixion dan tidak mampu menjelaskan apa yg terjadi sebenarnya. Apakah Jesus disalib tapi tidak mati cuma pingsan, atau yg disalib bukan Jesus tapi sahabat lainnya yg volunteer, atau yg disalib sebenarnya Judas yg menghianatinya, dst. Karena ketidakjelasan ini tidak ada Muslim yg sepakat apa yg terjadi pada saat crucifixion. (bisa dibaca tulisan debatnya dgn Shabir Ali di: http://www.aomin.org/aoblog/index.php?itemid=2334, (part I) dan http://www.aomin.org/aoblog/index.php?itemid=2337, (part II)
Karena James White ini temannya Sam Shamoun (team answering Islam), bisa jadi dia juga memakai reference answering-islam website dalam memandang Qur'an... (http://www.answering-islam.org/Quran/) - seperti tuduhan contradictions, scientific errors, etc...
Baru2 ini James White berdebat dengan Bart Ehrman yang terkenal dengan buku2 beliau yg membeberkan evidence of the corruption of the Bible, e.g. "Misquoting Jesus", "Lost Christianities", "Lost Scriptures", etc. [note: Debat audio antara White dan Ehrman ini hanya dijual di James White's ministry for $6, tapi manuscriptnya bisa dibaca di sini: http://www.brianauten.com/Apologetics/white-ehrman-transcript.pdf. ]
Dalam debat, James White (saking semangatnya dengan topik Qur'anic variant reading ini), berusaha mendesak Ehrman untuk memberikan pendapatnya mengenai Qur'an - padahal topik debatnya mengenai New Testament - (tampaknya dia sering berdebat dengan Muslims yg selalu membawa referensi dari buku2nya Bart Ehrman mengenai Bible yg membuat dia terpojok, sehingga dia ingin sekali membuat Ehrman mengeluarkan pendapat against the Qur'an, supaya nanti James bisa bilang ke Muslims lawan2 debatnya bahwa "Bart Ehrman himself is against the authencity of Qur'an!"). Sayangnya Ehrman berlaku jujur dan mengaku memang benar2 tidak tahu tentang Qur'an. Berikut ini cuplikan debatnya mengenai hal ini:
Dr. White : So if there is any claimed Scripture from antiquity that does not have the
originals—the Qur'an has textual variations in it—they can’t possibly come from God,
then?
Dr. Ehrman : I’m not drawing that theological conclusion. And I don’t really appreciate you likening
me to a Muslim.
Dr. White : I didn’t.
Dr. Ehrman : Both in your speech and just now. I’m not making any stand about the Qur'an; I don’t
know anything about the Qur'an. I’m simply making a very basic point. And I’m not
making this as a normative point for everybody; I’m saying for me it doesn’t make sense
to say that God inspired the words because He wanted us to have His words, if He didn’t
give us His words. We don’t have His Word because the originals don’t exist and
accurate copies don’t exist. There are places where we don’t know what the originals
even said.
....
Dr.Ehrman: James wants to talk about this as some kind of hard core standard that I have to apply across the board,
and with respect to—for example—the Qur'an. I don’t know anything about the Qur'an, I don’t know
very much at all about Islam, I’m not connected with Muslim apologists, that he’s in contact with. I do
know that they use my work, and I’m sorry that—if people don’t appreciate the fact that they use my
work. It’s not really my fault, I haven’t given my work to anybody, I simply write the books and let
people read the books. The books, in fact, make very different points from—points about inspiration.
The books make points about whether we have the original text of the New Testament. Our topic of
debate was: “Does the Bible (or Did the Bible) Misquote Jesus?” And the answer is yes.
Remember that for most of history, the Bible was not the printed edition that you read today. For most
Christians throughout history, the Bible was whatever manuscript happened to be available to them;
what manuscript was available to the Christians and their churches. All of these manuscripts have
mistakes in them; including mistakes in the words of Jesus. All Bibles misquote Jesus.
(bisa dibaca di transcript debat di link di atas - search documentnya dengan keyword "qur'an").
Biasanya untuk menghadapi tuduhan2 mengenai variant readings of the Qur'an dalam perdebatan, saya menggunakan buku2 berikut ini sebagai references:
Dr.M.M.Azami's "The History of The Qur'anic Text",
Dr.Ahmad Ali Al-Imam's "Variant Readings of the Qur'an",
Dr.Muhammad Mohar Ali's "The Qur'an and The Orientalists".
Mudah2an bermanfaat...
Tuesday, May 19, 2009
24 season finale - and Traitor movie
TV show season finale "24" semalam seru juga. Yg menarik di akhir film tsb, di rumah sakit Jack Bauer yg sedang dying dijenguk oleh Imam masjid yang diminta datang oleh Jack. Setelah sharing feeling dan Jack ready to go, si Imam memegang tangan si Jack dan berdoa. Kalo Jack masih hidup next season, namanya berubah menjadi Ahmed Bauer nggak ya? :)
Jadi ingat film Traitor.. yg menarik kalimat terakhir sebelum filmnya habis, antara Samir (Muslim) dan Clayton yang meminta Samir tetap menjadi federal agent tetapi Samir menolaknya. Waktu mau berpisah Clayton bilang assalamu'alaikum, lalu Samir menjawab wa'alaikum salam lalu bilang:
"And you should *start* the conversation with that." Kalimat penutup ini sangat menyentuh, karena all the conflict was started because there is no salam / greeting of peace in the beginning between the two conflicting parties...
Jadi ingat film Traitor.. yg menarik kalimat terakhir sebelum filmnya habis, antara Samir (Muslim) dan Clayton yang meminta Samir tetap menjadi federal agent tetapi Samir menolaknya. Waktu mau berpisah Clayton bilang assalamu'alaikum, lalu Samir menjawab wa'alaikum salam lalu bilang:
"And you should *start* the conversation with that." Kalimat penutup ini sangat menyentuh, karena all the conflict was started because there is no salam / greeting of peace in the beginning between the two conflicting parties...
Wednesday, April 22, 2009
Mengusap muka setelah berdoa bid'ah?
Ada sebagian kelompok Muslim yang menuduh bid'ah perbuatan mengusap wajah setelah berdo'a dengan mengangkat tangan. Dasar yang mereka pakai adalah pendapat beberapa ulama yang mengatakan bahwa semua hadits yg menyebutkan hal ini sanadnya lemah. Sedangkan sebagian ulama lain, seperti Hassan Al-Basri, Imam An-Nawawi, Al-Hafizh Ibnu Hajar, menganggapnya sebagai salah satu adab dalam berdo'a. Imam Ahmad, Imam Baihaqi, Ibnul Qayyim juga tidak mencapnya sebagai bid'ah
Mereka yg menuduh tradisi ini bid'ah biasanya membawa argument dari Syekh Albani (yang dianggap selalu benar padahal tidak jarang beliau mengkoreksi pendapatnya sendiri). Tuduhan bid'ah itu adalah tuduhan yang tidak ringan, and not everything with weak textual basis can be declared as a bid'ah.
Imam Bukhari dalam Adab Al-Mufradnya menyebutkan bahwa sahabat Ibn Zubair dan Ibn Umar mengusap wajahnya setelah berdo'a. Begitu pula tabi'in seperti Hasan Al-Basri. Dari riwayat2 ini tidak sedikit ulama yang menganggap tradisi mengusap wajah setelah berdo'a mengangkat tangan bukanlah bid'ah tapi sebaliknya merupakan tradisi bisa ditemukan periwayatan2nya dari zaman para shahabat dan tabi'in.
Wallahu'alam.
----------------------------------------------------
REFERENCE:
Bismillahirrahmanirrahim,
This following is adapted from article of Shaykh Irshadul Haqq Al-Athari written about the permissibility of wiping hands on the face and a refutation of those who think it is an innovation or only done by ignorant. This article was published in Al-I’tisam and is present in the Shaykh’s “Maqalat”. Shaykh Abdel Mannan Noorpuri also mentioned it in his “Ahkam wa Masail”.
Hafiz ibn Hajar wrote in Bulugh Al-Maram concerning hadith of Umar narrated in At-Tirmidhi about wiping hands on the face after invocation : “Narrated by At-Tirmidhi, and this has Shawahid (witnesses), among them Abu Dawood from Hadith of ibn ‘Abbas and others, and the total requires that it is a Hassan hadith”
First Hadith :
The narration of At-Tirmidhi has Hammad ibn ‘Issa Al-Juhani who is weak, not Matrook or liar ( Tahzib v 6 p 419)
Second Hadith :
The narration of Ibn ‘Abbas in Abu Dawood has Salih ibn Hassaan who is Matrook as said in Taqreeb by Ibn Hajar, but it has a Mutabi with ‘Issa ibn Maymoon, as mentioned by Imam Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi in Qyam Al-Layl p 236, but he is also weak as said by Ibn Hajar in Taqreeb p 411.
The narration of ibn ‘Abbas is also narrated by another chain by Abu Dawood from Abdullah ibn Ya’qoob from the one who narrated him from Muhammad ibn Ka’b, but this chain has AbdulMalik ibn Muhammad ibn Yaman who is Majhool (unknown) and the identity of the Shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob is not known.
Shaykh Albani says about this Hadith in Silsila As-Sahihah v 2 p 146 : “The defect is the narrator who is not named, and ibn Majah and others named him Salih ibn Hassaan as I have shown in Mishkat 2243 and he is very weak (da’if Jiddan)”
In Irwa Al Ghalil v 2 p 178 and after, Shaykh Albani said on this hadith : “The chain is weak, this Abdul Malik has been weakened by Abu Dawood and there is in it the Shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob who is not named, he is then Majhool, and it is possible that he might be ibn Hassaan …or ibn Maymoon”
So this is less accurate than in Sisilah where the narrator is told to be Salih ibn Hassan, here two possibilities are mentioned.
Allamah Mizzi mentioned in his Tahzib Al Kamal v 22 p 257-258 that this non-named narrator can also be Abu Miqdam.
In all cases, this narrator Mubham (non-identified) is weak, and Abu Miqdam is even Matrook.
But the words of Shaykh Albani that Abu Dawood declared Abdul Malik to be weak is absolutely incorrect. Imam Abu Dawood said : “This way is the most Amthal and it is weak”. Imam ibn Qattan declared Abdul Malik to be Majhool, and ibn Hajar as well declared him Majhool in Tahzib v 4 p 1419 and Taqrib.
Another chain is narrated by Al-Hakim in his Mustadrak, but it has Muhammad ibn Mu’awiyah who is matrook, Imam Daraqutni and others declared him to be a liar.
In conclusion, the narration of ibn ‘Abbas is narrated from many ways, that are all weak, but two are very weak as their narrators are matrook, and two have weak and Majhool narrators.
( 1 chain in Abu Dawood : Salih ibn Hassan is Matrook
2 chain in Marwazi with ‘Issa ibn Maymoon who is weak
3 chain in Abu Dawood, Abdul Malik is Majhool and the shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob is Mubham (non identified)
4 chain in Al-Hakim with Muhammad ibn Mu’awiyah who is Matrook)
Third Hadith :
Narrated by Yazid ibn Sa’id in Abu Dawood and also Imam Muhammad ibn Khalf Al Wakee’ in Akhbar Al-Qadha v 1 p 107, but this chain is weak because of ibn La’ihah who is weak and his Shaykh Hafs ibn Hisham is Majhool.
These are all Shawahid and Mutabi’at on which Ibn Hajar based himself to declare this hadith Hassan.
The narration of ‘Umar has a weak narrator.
The narration of Yazid ibn Sa’ib has a weak and a Majhool.
The narration of ibn ‘Abbas has two chains, one with a weak and the other with a majhool and a Mubham.
So if the total is not Hassan then what is it ?
Mawqoof Hadith
Imam Bukhari narrates in his Adab Al-Mufrad : Ibrahim ibn Munzir narrated us, he said Muhammad ibn Falih narrated us, he said : my father informed me from Abu Nua’ym and he is Wahb, he said : "I saw ibn ‘Umar and ibn Zubayr making invocation and they wiped their hands on their faces."
This Athar is Hassan, and Ibn Hajar even declared it Sahih in Al-Amali, and its narrators are all from Bukhari.
The action of Hassan Al-basri
Imam Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi narrates from Mu’tamar that he saw Abu Ka’b Abd Rabihi ibn Ubayd Al-Azdi, the author of Tahrir, invoking raising his hands and then he was wiping them on his face after finishing. I asked him why he was doing and he answered that Hassan Al-Basri was doing this. (Qyam Al-Layl p 236)
Imam Ahmad was asked about wiping hands on face in Witr and he answered : “It is narrated from Al-Hassan that he was wiping them on his face in his invocation” (Masail Imam Ahmad from narration of ibn Abdillah v 2 p 300)
Hafiz ibn Hajar said in Al-Amali : “But this Hadith has Mawsool, Mursal witnesses and the total shows that the Hadith has a basis, and this is also supported by what comes from Al-Hassan Basri with a Hassan chain, and there is in it a refutation for those who consider that as an innovation, and Al-Bukhari narrated in his Adab Al-Mufrad from Wahb ibn Kaysan, he said : he said : “I saw ibn ‘Umar and ibn Zubayr making invocation and they wipped their hands on their faces.” And this is Mawqoof Sahih and this strengthens the refutation of those who disapprove of that”
Hadith Mursal
The mursal narration to which ibn Hajar was making a sign in Al-Amali is probably that of Zuhri mentioned in AbdurRazaq saying : “The Prophet (saw) was raising his hands to the level of his chest when he was invoking and then was wiping them on his face”
The great Muhadith Faqeeh Ishaq ibn Rahawayah was approving action on these Ahadith as said by Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi : “I saw Ishaq liking action on these Ahadith” (Qyam Al-Layl p 232)
There are two narrations from Ahmad on this topic, one is that after invocation of Witr this should not be done as narrated from Imam Abu Dawood, and the second is that it is recommended as mentioned by ibn Qudamah on Al-Maghni v 1 p 786 and Shamsudin ibn Qudamah in Sharh Al Kabeer v 1 p 724, see Al-Qil’ v 1 p 185. Al-Marwazi said that hands should be wiped on the face and : “This is the Madhab of Imam Ahmad, he was doing that”. The author of Majma’ Al-Bahrayn said this narration is stronger, and in Al-Kafi, it is said that it is better. (Al-Insaf v 3 p 173)
Hafiz ibnul Qayim mentioned that Imam Ahmad was asked about wiping hands on the face, and he answered : “ I hope there is no harm, and when Al-Hassan was invoking, he was wiping then on his face, and he said : my father was asked about raising hands in Qunut and wiping them on the face, he said : There is no harm in doing this, wiping them on the face. Abdullah said that he did not see his father wiping them on the face” ( Bada’I al-Fawaid v 4 p 113)
Imam Ibnul-Qayim commented this : “Abu Abdillah (Imam Ahmad) made the matter easy, and he considered this similar to the fact of wiping the face outside the prayer, and this is a small action of obedience and Abu Abdillah decided to leave it”
So according to Zahir saying of ibnul Qayim, Imam Ahmad did not leave that outside prayer, but only in prayer, he was not acting according to that in the prayer, yet he did not see any harm.
‘Allamah Manawi in Faydh Al-Qadir v 1 p 369 rejected the saying of ‘Izz ibn AbdiSalam that only ignorant person does this, saying it is a bid mistake.
The strange matter is that Shaykh Albani in his Al-Irwa v 2 p 182 said that An-Nawawi in his majmoo agreed with Izz ibn AbdisSalam and he declared that non recommended, while An-Nawawi said in his Sharh Al-Muhazzab v 3 p 501-505 that doing this in Witr is not recommended, and he said that Al-Bayhaqi and Ar-Rafi’I also said that, but he did not say that it was not recommended outside the prayer, rather in the end of his book Al-Azkar, he mentioned among Adab of invocation : “facing the Qiblah, and raising the hands and wiping them on the face…”
And also Al-Bayhaqi only disapproved of that in prayer, not outside the prayer. He said in his Sunan Al-Kubra v 2 p 212 : “As for wiping hands on the face after invocation, I do not know this from any Salaf in the invocation of the Qunut, although it is narrated by some about invocation outside the prayer”
Among Shawafi Qadhi Abu Tayib, Imam Al-Haramayn, ibn Sabagh, Al-Mutawali, Shaykh nasr, Imam Ghazali and Abul Khayr all agreed on weeping hands in Qunut basing on general narrations. Imam Al-Bayhaqi said at the end : “The best is not to do it (in the prayer)”
And Shaykh Irshadul Haqq Al-Athari concluded that best is not to do that in Qunut of Witr as there are no Hadith about that, this is why Imam Ahmad left that yet he did not declare that doing it in prayer was an innovation, he said there is no Harm.
Personal Notes : For doing that outside the prayer, Ibn Hajar declared totality of ahadith to be Hassan, Imam Ishaq was liking action on these Ahadith, there come this from Ibn ‘umar and Ibn Zubayr as narrated by Al-Bukhari, and action of Sahabi is a Hujjah for 4 schools when there is no ikhtilaf, and it comes from Mursal of Zuhri, and Mursal is a Hujjah for Ahnaf and Malikiyah, and for Shafii it is accepted with some conditions : The Tabii should be big and it should also come in musnad way, and it is the case here.
Allah knows best
Wa Salatu was Salam 'ala Nabi (saw)
Mereka yg menuduh tradisi ini bid'ah biasanya membawa argument dari Syekh Albani (yang dianggap selalu benar padahal tidak jarang beliau mengkoreksi pendapatnya sendiri). Tuduhan bid'ah itu adalah tuduhan yang tidak ringan, and not everything with weak textual basis can be declared as a bid'ah.
Imam Bukhari dalam Adab Al-Mufradnya menyebutkan bahwa sahabat Ibn Zubair dan Ibn Umar mengusap wajahnya setelah berdo'a. Begitu pula tabi'in seperti Hasan Al-Basri. Dari riwayat2 ini tidak sedikit ulama yang menganggap tradisi mengusap wajah setelah berdo'a mengangkat tangan bukanlah bid'ah tapi sebaliknya merupakan tradisi bisa ditemukan periwayatan2nya dari zaman para shahabat dan tabi'in.
Wallahu'alam.
----------------------------------------------------
REFERENCE:
Bismillahirrahmanirrahim,
This following is adapted from article of Shaykh Irshadul Haqq Al-Athari written about the permissibility of wiping hands on the face and a refutation of those who think it is an innovation or only done by ignorant. This article was published in Al-I’tisam and is present in the Shaykh’s “Maqalat”. Shaykh Abdel Mannan Noorpuri also mentioned it in his “Ahkam wa Masail”.
Hafiz ibn Hajar wrote in Bulugh Al-Maram concerning hadith of Umar narrated in At-Tirmidhi about wiping hands on the face after invocation : “Narrated by At-Tirmidhi, and this has Shawahid (witnesses), among them Abu Dawood from Hadith of ibn ‘Abbas and others, and the total requires that it is a Hassan hadith”
First Hadith :
The narration of At-Tirmidhi has Hammad ibn ‘Issa Al-Juhani who is weak, not Matrook or liar ( Tahzib v 6 p 419)
Second Hadith :
The narration of Ibn ‘Abbas in Abu Dawood has Salih ibn Hassaan who is Matrook as said in Taqreeb by Ibn Hajar, but it has a Mutabi with ‘Issa ibn Maymoon, as mentioned by Imam Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi in Qyam Al-Layl p 236, but he is also weak as said by Ibn Hajar in Taqreeb p 411.
The narration of ibn ‘Abbas is also narrated by another chain by Abu Dawood from Abdullah ibn Ya’qoob from the one who narrated him from Muhammad ibn Ka’b, but this chain has AbdulMalik ibn Muhammad ibn Yaman who is Majhool (unknown) and the identity of the Shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob is not known.
Shaykh Albani says about this Hadith in Silsila As-Sahihah v 2 p 146 : “The defect is the narrator who is not named, and ibn Majah and others named him Salih ibn Hassaan as I have shown in Mishkat 2243 and he is very weak (da’if Jiddan)”
In Irwa Al Ghalil v 2 p 178 and after, Shaykh Albani said on this hadith : “The chain is weak, this Abdul Malik has been weakened by Abu Dawood and there is in it the Shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob who is not named, he is then Majhool, and it is possible that he might be ibn Hassaan …or ibn Maymoon”
So this is less accurate than in Sisilah where the narrator is told to be Salih ibn Hassan, here two possibilities are mentioned.
Allamah Mizzi mentioned in his Tahzib Al Kamal v 22 p 257-258 that this non-named narrator can also be Abu Miqdam.
In all cases, this narrator Mubham (non-identified) is weak, and Abu Miqdam is even Matrook.
But the words of Shaykh Albani that Abu Dawood declared Abdul Malik to be weak is absolutely incorrect. Imam Abu Dawood said : “This way is the most Amthal and it is weak”. Imam ibn Qattan declared Abdul Malik to be Majhool, and ibn Hajar as well declared him Majhool in Tahzib v 4 p 1419 and Taqrib.
Another chain is narrated by Al-Hakim in his Mustadrak, but it has Muhammad ibn Mu’awiyah who is matrook, Imam Daraqutni and others declared him to be a liar.
In conclusion, the narration of ibn ‘Abbas is narrated from many ways, that are all weak, but two are very weak as their narrators are matrook, and two have weak and Majhool narrators.
( 1 chain in Abu Dawood : Salih ibn Hassan is Matrook
2 chain in Marwazi with ‘Issa ibn Maymoon who is weak
3 chain in Abu Dawood, Abdul Malik is Majhool and the shaykh of Abdullah ibn Ya’qoob is Mubham (non identified)
4 chain in Al-Hakim with Muhammad ibn Mu’awiyah who is Matrook)
Third Hadith :
Narrated by Yazid ibn Sa’id in Abu Dawood and also Imam Muhammad ibn Khalf Al Wakee’ in Akhbar Al-Qadha v 1 p 107, but this chain is weak because of ibn La’ihah who is weak and his Shaykh Hafs ibn Hisham is Majhool.
These are all Shawahid and Mutabi’at on which Ibn Hajar based himself to declare this hadith Hassan.
The narration of ‘Umar has a weak narrator.
The narration of Yazid ibn Sa’ib has a weak and a Majhool.
The narration of ibn ‘Abbas has two chains, one with a weak and the other with a majhool and a Mubham.
So if the total is not Hassan then what is it ?
Mawqoof Hadith
Imam Bukhari narrates in his Adab Al-Mufrad : Ibrahim ibn Munzir narrated us, he said Muhammad ibn Falih narrated us, he said : my father informed me from Abu Nua’ym and he is Wahb, he said : "I saw ibn ‘Umar and ibn Zubayr making invocation and they wiped their hands on their faces."
This Athar is Hassan, and Ibn Hajar even declared it Sahih in Al-Amali, and its narrators are all from Bukhari.
The action of Hassan Al-basri
Imam Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi narrates from Mu’tamar that he saw Abu Ka’b Abd Rabihi ibn Ubayd Al-Azdi, the author of Tahrir, invoking raising his hands and then he was wiping them on his face after finishing. I asked him why he was doing and he answered that Hassan Al-Basri was doing this. (Qyam Al-Layl p 236)
Imam Ahmad was asked about wiping hands on face in Witr and he answered : “It is narrated from Al-Hassan that he was wiping them on his face in his invocation” (Masail Imam Ahmad from narration of ibn Abdillah v 2 p 300)
Hafiz ibn Hajar said in Al-Amali : “But this Hadith has Mawsool, Mursal witnesses and the total shows that the Hadith has a basis, and this is also supported by what comes from Al-Hassan Basri with a Hassan chain, and there is in it a refutation for those who consider that as an innovation, and Al-Bukhari narrated in his Adab Al-Mufrad from Wahb ibn Kaysan, he said : he said : “I saw ibn ‘Umar and ibn Zubayr making invocation and they wipped their hands on their faces.” And this is Mawqoof Sahih and this strengthens the refutation of those who disapprove of that”
Hadith Mursal
The mursal narration to which ibn Hajar was making a sign in Al-Amali is probably that of Zuhri mentioned in AbdurRazaq saying : “The Prophet (saw) was raising his hands to the level of his chest when he was invoking and then was wiping them on his face”
The great Muhadith Faqeeh Ishaq ibn Rahawayah was approving action on these Ahadith as said by Muhammad ibn Nasr Al-Marwazi : “I saw Ishaq liking action on these Ahadith” (Qyam Al-Layl p 232)
There are two narrations from Ahmad on this topic, one is that after invocation of Witr this should not be done as narrated from Imam Abu Dawood, and the second is that it is recommended as mentioned by ibn Qudamah on Al-Maghni v 1 p 786 and Shamsudin ibn Qudamah in Sharh Al Kabeer v 1 p 724, see Al-Qil’ v 1 p 185. Al-Marwazi said that hands should be wiped on the face and : “This is the Madhab of Imam Ahmad, he was doing that”. The author of Majma’ Al-Bahrayn said this narration is stronger, and in Al-Kafi, it is said that it is better. (Al-Insaf v 3 p 173)
Hafiz ibnul Qayim mentioned that Imam Ahmad was asked about wiping hands on the face, and he answered : “ I hope there is no harm, and when Al-Hassan was invoking, he was wiping then on his face, and he said : my father was asked about raising hands in Qunut and wiping them on the face, he said : There is no harm in doing this, wiping them on the face. Abdullah said that he did not see his father wiping them on the face” ( Bada’I al-Fawaid v 4 p 113)
Imam Ibnul-Qayim commented this : “Abu Abdillah (Imam Ahmad) made the matter easy, and he considered this similar to the fact of wiping the face outside the prayer, and this is a small action of obedience and Abu Abdillah decided to leave it”
So according to Zahir saying of ibnul Qayim, Imam Ahmad did not leave that outside prayer, but only in prayer, he was not acting according to that in the prayer, yet he did not see any harm.
‘Allamah Manawi in Faydh Al-Qadir v 1 p 369 rejected the saying of ‘Izz ibn AbdiSalam that only ignorant person does this, saying it is a bid mistake.
The strange matter is that Shaykh Albani in his Al-Irwa v 2 p 182 said that An-Nawawi in his majmoo agreed with Izz ibn AbdisSalam and he declared that non recommended, while An-Nawawi said in his Sharh Al-Muhazzab v 3 p 501-505 that doing this in Witr is not recommended, and he said that Al-Bayhaqi and Ar-Rafi’I also said that, but he did not say that it was not recommended outside the prayer, rather in the end of his book Al-Azkar, he mentioned among Adab of invocation : “facing the Qiblah, and raising the hands and wiping them on the face…”
And also Al-Bayhaqi only disapproved of that in prayer, not outside the prayer. He said in his Sunan Al-Kubra v 2 p 212 : “As for wiping hands on the face after invocation, I do not know this from any Salaf in the invocation of the Qunut, although it is narrated by some about invocation outside the prayer”
Among Shawafi Qadhi Abu Tayib, Imam Al-Haramayn, ibn Sabagh, Al-Mutawali, Shaykh nasr, Imam Ghazali and Abul Khayr all agreed on weeping hands in Qunut basing on general narrations. Imam Al-Bayhaqi said at the end : “The best is not to do it (in the prayer)”
And Shaykh Irshadul Haqq Al-Athari concluded that best is not to do that in Qunut of Witr as there are no Hadith about that, this is why Imam Ahmad left that yet he did not declare that doing it in prayer was an innovation, he said there is no Harm.
Personal Notes : For doing that outside the prayer, Ibn Hajar declared totality of ahadith to be Hassan, Imam Ishaq was liking action on these Ahadith, there come this from Ibn ‘umar and Ibn Zubayr as narrated by Al-Bukhari, and action of Sahabi is a Hujjah for 4 schools when there is no ikhtilaf, and it comes from Mursal of Zuhri, and Mursal is a Hujjah for Ahnaf and Malikiyah, and for Shafii it is accepted with some conditions : The Tabii should be big and it should also come in musnad way, and it is the case here.
Allah knows best
Wa Salatu was Salam 'ala Nabi (saw)
Tuesday, April 21, 2009
Haram Police
Saya memang lama2 menjadi kesal juga melihat perselisihan di masjid hanya karena perbedaan pandangan dalam masalah fiqh. Ada beberapa orang yang selalu vocal menuduh orang melakukan hal yang haram ataupun bid'ah. Ada yang pakai celana panjang menutupi mata kaki dibilang bid'ah, jenggot tipis nggak sampai segenggam dibilang tidak benar, pengajian satu ruangan ikhwan akhwat meskipun tempat duduknya dipisah dibilang bid'ah juga, akhwat dilarang menggunakan jilbab berwarna dan bercorak selain hitam polos, etc,etc.. Banyak orang yang tadinya berniat beribadah ikhlas di masjid menjadi terganggu karena "haram police" ini...
Mau shalat, sudah khusyu', eh kelingking keinjek dikit karena yang di sebelah ingin mata kakinya dempetan... bukan hanya pas takbiratul ihram, tapi setiap raka'at bangkit dari sujud, kakinya ngedempetin terus sampai menjepit kelingking, membuat pikiran jadi tidak khusyu' di hadapan Allah, karena beralih ke jari-jari kaki yang dihimpit... :)
Apalagi kalo ada yang habis shalat langsung duduk bersandar di dinding, melihat ke arah kita yang sedang berdo'a atau shalat sunnah, lalu mengkoreksi selepas itu bilang ini itu bid'ah karena tidak sesuai dengan "sunnah" pemahamannya. Yang mau berdo'a dan shalat jadi nggak khusyu' lagi karena merasa dilihatin dan khawatir akan dicap ini itu bid'ah.
Mereka ini meskipun minoritas di masjid, tapi lebih vocal (suka menggunakan "high tone") dan sering terlihat tidak respect thd orang2 yg memiliki pendapat berbeda. Bahkan kepada orang2 tua, juga ulama/scholars yg sedang berkunjung ke lokaliti.
Saya masih ingat seorang ustadz yg diundang jauh2 dari chicago untuk memberikan workshop da'wah dibentak (high tone) hanya karena workshopnya diadakan di dalam trailer di sebelah masjid di mana brothers and sisters berada dalam satu ruangan (meskipun tidak mixing), meskipun sudah disetujui oleh masjid committee. Mereka pernah pula bukan hanya tidak mau menghadiri tapi juga mengajak orang2 lain untuk tidak menghadiri lectures ulama2 yg diundang, dengan alasan ulama tsb ulama yg bid'ah, tidak nyunah, cenderung sufi, dlsb.
Kalau kita beritahu baik2 bahwa tidak perlu bersu'uzhan atau memperdebatkan masalah2 kecil furu'iyah/cabang dalam agama, mereka malah marah dan bilang bahwa masalah2 tsb bukan masalah2 kecil. Bahkan kita malah dituduh gara2 meremehkan masalah2 ini, kondisi umat tidak pernah beres. Tidak ada persatuan dalam bid'ah kata mereka. Al-haqqu wahid, kebenaran itu cuma saya. Yah, jadinya serba salah menghadapi orang yg berpendirian "either my way or high way!" :)... Fenomena ini dari dulu sudah lama bisa kita temukan di masjid2 di seluruh Amerika. Saya rasa bukan hanya di Amerika tapi juga di negara2 Muslim di dunia termasuk Indonesia.
Besok Dr.Jamal Badawi diundang datang ke Portland lagi memberikan workshop da'wah dan family buat Muslim community, salah satu topiknya akan mengaddress issue2 ini. Juga beberapa minggu lagi kami berencana mengadakan lecture "conflict and anger management" untuk Muslim community dengan mengundang seorang Imam dan Professional Trainer. Mudah2an bermanfaat buat Muslim community... Saya berharap mudah2an akan banyak yang menghadirinya dan tidak "diboikot" lagi...
Mau shalat, sudah khusyu', eh kelingking keinjek dikit karena yang di sebelah ingin mata kakinya dempetan... bukan hanya pas takbiratul ihram, tapi setiap raka'at bangkit dari sujud, kakinya ngedempetin terus sampai menjepit kelingking, membuat pikiran jadi tidak khusyu' di hadapan Allah, karena beralih ke jari-jari kaki yang dihimpit... :)
Apalagi kalo ada yang habis shalat langsung duduk bersandar di dinding, melihat ke arah kita yang sedang berdo'a atau shalat sunnah, lalu mengkoreksi selepas itu bilang ini itu bid'ah karena tidak sesuai dengan "sunnah" pemahamannya. Yang mau berdo'a dan shalat jadi nggak khusyu' lagi karena merasa dilihatin dan khawatir akan dicap ini itu bid'ah.
Mereka ini meskipun minoritas di masjid, tapi lebih vocal (suka menggunakan "high tone") dan sering terlihat tidak respect thd orang2 yg memiliki pendapat berbeda. Bahkan kepada orang2 tua, juga ulama/scholars yg sedang berkunjung ke lokaliti.
Saya masih ingat seorang ustadz yg diundang jauh2 dari chicago untuk memberikan workshop da'wah dibentak (high tone) hanya karena workshopnya diadakan di dalam trailer di sebelah masjid di mana brothers and sisters berada dalam satu ruangan (meskipun tidak mixing), meskipun sudah disetujui oleh masjid committee. Mereka pernah pula bukan hanya tidak mau menghadiri tapi juga mengajak orang2 lain untuk tidak menghadiri lectures ulama2 yg diundang, dengan alasan ulama tsb ulama yg bid'ah, tidak nyunah, cenderung sufi, dlsb.
Kalau kita beritahu baik2 bahwa tidak perlu bersu'uzhan atau memperdebatkan masalah2 kecil furu'iyah/cabang dalam agama, mereka malah marah dan bilang bahwa masalah2 tsb bukan masalah2 kecil. Bahkan kita malah dituduh gara2 meremehkan masalah2 ini, kondisi umat tidak pernah beres. Tidak ada persatuan dalam bid'ah kata mereka. Al-haqqu wahid, kebenaran itu cuma saya. Yah, jadinya serba salah menghadapi orang yg berpendirian "either my way or high way!" :)... Fenomena ini dari dulu sudah lama bisa kita temukan di masjid2 di seluruh Amerika. Saya rasa bukan hanya di Amerika tapi juga di negara2 Muslim di dunia termasuk Indonesia.
Besok Dr.Jamal Badawi diundang datang ke Portland lagi memberikan workshop da'wah dan family buat Muslim community, salah satu topiknya akan mengaddress issue2 ini. Juga beberapa minggu lagi kami berencana mengadakan lecture "conflict and anger management" untuk Muslim community dengan mengundang seorang Imam dan Professional Trainer. Mudah2an bermanfaat buat Muslim community... Saya berharap mudah2an akan banyak yang menghadirinya dan tidak "diboikot" lagi...
Tuesday, April 07, 2009
Hukuman mati buat mereka yang murtad?
Salah satu topik yang selalu dibawa2 oleh Islamophobes adalah hukuman mati bagi orang yang murtad di dalam Islam yang sering dituduh barbarik dan bertentangan dengan human rights. Para ulama sendiri berbeda pendapat di dalam hal ini. Yang menolak dituduh moderat dan liberal. Yang mendukung dituduh extrim dan fundamentalis. Lalu bagaimana kita mengcounter tuduhan islamophobes mengenai hal ini?
Muhammad El-Awa menulis buku "Punishment in Islamic Law" dalam salah satu chapter bukunya memuat secara komprehensif perbedaan pendapat ini. El-Awa pernah menjadi Associate Professor di University of Riyadh dalam bidang Comparative Law. Dia juga penulis buku "On the Political System of the Islamic State".
Berikut ini beberapa point yang saya ambil dari bukunya Dr.El-Awa, yang pernah saya posting dulu di beberapa milis:
Mereka yang berpendapat hukuman mati bagi orang murtad mendasarkan
kepada hadits Nabi "Barangsiapa yang merubah agamanya, bunuhlah dia"
(HR.Bukhari, Abu Dawud). Dr.El-Awa menolak penggunaan dalil ini
karena dalil ini tidak bisa diambil begitu saja literally. Kalau
demikian halnya, siapa saja yang merubah agamanya harus dibunuh
termasuk yang pindah dari kafir ke Islam, atau dari Yahudi ke Kristen
misalnya, ditambah lagi kenyataan yang berbeda ketika ada kasus
perorangan atau kelompok yang nyata2 murtad di hadapan Nabi tapi Nabi
tidak menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka.
Dalam Al Qur'an tidak ditemui perintah menghukum mati orang2 yang
keluar dari Islam, hanya Allah SWT menilainya sebagai dosa yang
besar dan adanya hukuman berat di akherat kelak atasnya (16:106).
Di dalam sejarah kehidupannya, Rasulullah SAW tidak pernah menghukum
mati orang yang murtad. Ada beberapa peristiwa murtadnya orang dari
Islam setelah masuk Islam, tetapi Nabi SAW tidak memerintahkan mereka
untuk dibunuh. Dalam Nailul Awtar, Imam Syawkani menyebutkan bahwa
hadits yang memberitakan Nabi SAW pernah menghukum mati orang murtad
tidak reliable/trustworthy. Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan dalam
hadits mereka tentang kasus seorang Arab Badui yang masuk Islam
kemudian terserang penyakit demam sehingga murtad hingga keluar dari
Madinah dengan sepengetahuan Nabi SAW tanpa mendapat hukuman.
Peristiwa lain juga terjadi di mana sekelompok orang Yahudi yang
berpura2 masuk Islam di hadapan Nabi SAW di Madinah di awal hari,
tetapi kemudian di penghujung hari, murtad untuk menggoyangkan
iman kaum Muslimin. Rasulullah SAW bisa saja menghukum berat mereka
tapi beliau tidak melakukannya (ini disebut Al Qur'an 3:72-73).
Dalil lain dari pendukung hukuman mati bagi murtadin ini adalah
hadits Nabi yang menyebutkan tiga syarat boleh diberlakukannya
hukuman mati:
- kasus perzinahan orang yang sudah menikah (adultery)
- kasus pembunuhan (murder)
- kasus orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari
Muslim community (al murtaddu an dinihi al mufariqu lil jama'ah).
(HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Menurut Ibn Taymiyya kejahatan ketiga yang disebutkan dalam hadits
tersebut adalah the crime of hiraba (armed robbery) sesuai dengan
text hadits tsb seseorang yang keluar dan memerangi Allah, RasulNya
dan kaum Muslimin. Jadi tidak berhubungan dengan kasus murtad yang
sederhana (contohnya karena kebodohan, kemiskinan, dan termakan tipu
daya missionaris yang tidak disertai tindakan memerangi Islam dan
kaum Muslimin.
Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah pernah mengatakan bahwa
terhadap orang2 murtad, beliau akan mengajak mereka kembali kepada
Islam, dan akan menjatuhkan hukuman penjara kepada mereka yang
membangkang terhadap ajakannya ini. Umar tidak memerintahkan hukuman
mati terhadap para murtadin ini. Beberapa ulama tabi'in (murid para
shahabat Nabi SAW) seperti Ibrahim Al-Nakhi dan Sufyan Al-Tsawri
berpendapat bahwa orang murtad harus diajak kembali ke Islam dan
tidak seharusnya dihukum mati. Ulama mazhab Maliki mengatakan murtad
tidak dihukum secara hadd (fixed punishment), tapi secara ta'zir
(discretionary punishment) yang bertujuan selain mencegah seseorang
dari melakukan kejahatan di kemudian hari tapi juga memperbaiki
perilaku buruknya yang dimiliki.
Dalam bukunya, Dr.El-Awa mencari perbandingan hukum dalam berbagai
mazhab dan pandangan yang diuraikan dengan jelas dan lengkap dengan
referencenya (very well documented) sangat berbeda dengan beberapa
tulisan yang saya baca yang berada di pihak yang pro death penalty
ini. Contohnya, buku Abul Ala Maududi "The Punishment of the Apostate
According to Islamic Law", saya rasa lebih banyak membahas alasan dan
reason -yang terkadang menurut saya terlalu dipaksakan- terhadap such
punishment for the apostates.
Jarang sekali kita temui tulisan yang membahas secara luas yang
memuat hikmah dan pengaplikasian hukuman ini dalam berbagai kasus di
masyarakat. Banyak kasus2 yang berbeda yang perlu dipertimbangkan
sebelum tergesa2 menerapkan hukuman mati bagi orang murtad ini. Para
hakim di sistem pengadilan Islam harus memiliki wisdom to perceive
and understand different situations and conditions when the
punishment should be applied. Contohnya:
1. Kasus mata2 yang berpura2 masuk Islam, dan melamar posisi
strategis dalam khilafah Islamiyah, untuk mengambil semua informasi
penting khilafah, dan membocorkannya kepada musuh. Ini sama dengan
act of treason/betrayal, yang sampai sekarang pun diakui hukuman
terberat (mati) yang pantas diterapkan pada mereka.
2. Kasus orang2 kafir yang berpura2 masuk Islam dan murtad
kembali untuk membuat ragu2 iman orang2 mualaf yang baru
masuk Islam, seperti di zaman Rasulullah SAW terjadi. Dengan
ancaman hukuman mati bagi orang murtad, para musuh kaum Muslimin ini
tidak bisa seenaknya 'plan a silent attack' to the Muslim community
dengan pura2 masuk Islam dan murtad kembali (untuk menggoyangkan iman
new converts in Islam).
3. Kasus orang kafir yang berpura2 masuk Islam, untuk menikahi
perempuan muslim dengan niat murtad lagi sehingga bisa membawa
anak2nya kembali kepada agamanya semula. Orang tua anak Muslim yang
akan dinikahi tentu merasa khawatir dan cemas, kalau orang kafir ini
hanya berpura2 masuk Islam untuk menikahi anaknya dengan niat di
atas. Dengan ancaman hukuman mati, rasa khawatir akan juga dialami
oleh orang kafir ini sehingga ia harus berpikir berulang kali sebelum
berpura2 membaca syahadat di hadapan penghulu.
Agak menyimpang dari main topic, but might be related, IMHO, hukum
Islam itu indivisible, comprehensive. Tidak bisa kita terapkan satu
hukum, tapi menafikan hukum lainnya. Pada zaman khalifah Umar bin
Khattab, pernah terjadi kasus pencurian, sedang Umar RA tidak
menerapkan hukum potong tangan, karena situasi dan kondisi saat itu
membuat mereka terpaksa mencuri (masa paceklik). Tetapi ini tidak
berarti Umar menghilangkan hukum potong tangan di dalam Al Qur'an.
Umar tidak melihat ada illat (alasan hukum) yang sama yang bisa
dijadikan landasan pelaksanaan hukum tsb pada saat itu. Setahu saya,
beberapa kasus lainnya yang serupa juga terjadi di masa
khulafurrasyidin lainnya.
Dalam memandang hukum Islam, sudah seharusnya jangan hanya melihat
dengan sebelah mata, membela pelaku kejahatan tanpa melihat penderita
kejahatan tsb. Hukum potong tangan misalnya tampak tidak adil buat
sang perampok. Tapi bagaimana dengan victim perampokan? Setiap orang
akan merasakan rasa takut dan cemas di komunitas di mana banyak
perampokan, khawatir kalau2 ia akan mengalami kehilangan harta benda
(bahkan nyawa) ketika perampokan itu terjadi padanya. Dengan
diterapkan hukum potong tangan (dan hukum mati buat pembunuh), para
perampok akan pula merasakan rasa takut dan cemas akan konsekwensi
kejahatan mereka, serta berpikir berulang kali sebelum benar2 berani
beraksi.
Wallahu'alam.
Berikut ini beberapa point yang saya ambil dari bukunya Dr.El-Awa, yang pernah saya posting dulu di beberapa milis:
Mereka yang berpendapat hukuman mati bagi orang murtad mendasarkan
kepada hadits Nabi "Barangsiapa yang merubah agamanya, bunuhlah dia"
(HR.Bukhari, Abu Dawud). Dr.El-Awa menolak penggunaan dalil ini
karena dalil ini tidak bisa diambil begitu saja literally. Kalau
demikian halnya, siapa saja yang merubah agamanya harus dibunuh
termasuk yang pindah dari kafir ke Islam, atau dari Yahudi ke Kristen
misalnya, ditambah lagi kenyataan yang berbeda ketika ada kasus
perorangan atau kelompok yang nyata2 murtad di hadapan Nabi tapi Nabi
tidak menjatuhkan hukuman mati terhadap mereka.
Dalam Al Qur'an tidak ditemui perintah menghukum mati orang2 yang
keluar dari Islam, hanya Allah SWT menilainya sebagai dosa yang
besar dan adanya hukuman berat di akherat kelak atasnya (16:106).
Di dalam sejarah kehidupannya, Rasulullah SAW tidak pernah menghukum
mati orang yang murtad. Ada beberapa peristiwa murtadnya orang dari
Islam setelah masuk Islam, tetapi Nabi SAW tidak memerintahkan mereka
untuk dibunuh. Dalam Nailul Awtar, Imam Syawkani menyebutkan bahwa
hadits yang memberitakan Nabi SAW pernah menghukum mati orang murtad
tidak reliable/trustworthy. Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan dalam
hadits mereka tentang kasus seorang Arab Badui yang masuk Islam
kemudian terserang penyakit demam sehingga murtad hingga keluar dari
Madinah dengan sepengetahuan Nabi SAW tanpa mendapat hukuman.
Peristiwa lain juga terjadi di mana sekelompok orang Yahudi yang
berpura2 masuk Islam di hadapan Nabi SAW di Madinah di awal hari,
tetapi kemudian di penghujung hari, murtad untuk menggoyangkan
iman kaum Muslimin. Rasulullah SAW bisa saja menghukum berat mereka
tapi beliau tidak melakukannya (ini disebut Al Qur'an 3:72-73).
Dalil lain dari pendukung hukuman mati bagi murtadin ini adalah
hadits Nabi yang menyebutkan tiga syarat boleh diberlakukannya
hukuman mati:
- kasus perzinahan orang yang sudah menikah (adultery)
- kasus pembunuhan (murder)
- kasus orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari
Muslim community (al murtaddu an dinihi al mufariqu lil jama'ah).
(HR.Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Menurut Ibn Taymiyya kejahatan ketiga yang disebutkan dalam hadits
tersebut adalah the crime of hiraba (armed robbery) sesuai dengan
text hadits tsb seseorang yang keluar dan memerangi Allah, RasulNya
dan kaum Muslimin. Jadi tidak berhubungan dengan kasus murtad yang
sederhana (contohnya karena kebodohan, kemiskinan, dan termakan tipu
daya missionaris yang tidak disertai tindakan memerangi Islam dan
kaum Muslimin.
Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah pernah mengatakan bahwa
terhadap orang2 murtad, beliau akan mengajak mereka kembali kepada
Islam, dan akan menjatuhkan hukuman penjara kepada mereka yang
membangkang terhadap ajakannya ini. Umar tidak memerintahkan hukuman
mati terhadap para murtadin ini. Beberapa ulama tabi'in (murid para
shahabat Nabi SAW) seperti Ibrahim Al-Nakhi dan Sufyan Al-Tsawri
berpendapat bahwa orang murtad harus diajak kembali ke Islam dan
tidak seharusnya dihukum mati. Ulama mazhab Maliki mengatakan murtad
tidak dihukum secara hadd (fixed punishment), tapi secara ta'zir
(discretionary punishment) yang bertujuan selain mencegah seseorang
dari melakukan kejahatan di kemudian hari tapi juga memperbaiki
perilaku buruknya yang dimiliki.
Dalam bukunya, Dr.El-Awa mencari perbandingan hukum dalam berbagai
mazhab dan pandangan yang diuraikan dengan jelas dan lengkap dengan
referencenya (very well documented) sangat berbeda dengan beberapa
tulisan yang saya baca yang berada di pihak yang pro death penalty
ini. Contohnya, buku Abul Ala Maududi "The Punishment of the Apostate
According to Islamic Law", saya rasa lebih banyak membahas alasan dan
reason -yang terkadang menurut saya terlalu dipaksakan- terhadap such
punishment for the apostates.
Jarang sekali kita temui tulisan yang membahas secara luas yang
memuat hikmah dan pengaplikasian hukuman ini dalam berbagai kasus di
masyarakat. Banyak kasus2 yang berbeda yang perlu dipertimbangkan
sebelum tergesa2 menerapkan hukuman mati bagi orang murtad ini. Para
hakim di sistem pengadilan Islam harus memiliki wisdom to perceive
and understand different situations and conditions when the
punishment should be applied. Contohnya:
1. Kasus mata2 yang berpura2 masuk Islam, dan melamar posisi
strategis dalam khilafah Islamiyah, untuk mengambil semua informasi
penting khilafah, dan membocorkannya kepada musuh. Ini sama dengan
act of treason/betrayal, yang sampai sekarang pun diakui hukuman
terberat (mati) yang pantas diterapkan pada mereka.
2. Kasus orang2 kafir yang berpura2 masuk Islam dan murtad
kembali untuk membuat ragu2 iman orang2 mualaf yang baru
masuk Islam, seperti di zaman Rasulullah SAW terjadi. Dengan
ancaman hukuman mati bagi orang murtad, para musuh kaum Muslimin ini
tidak bisa seenaknya 'plan a silent attack' to the Muslim community
dengan pura2 masuk Islam dan murtad kembali (untuk menggoyangkan iman
new converts in Islam).
3. Kasus orang kafir yang berpura2 masuk Islam, untuk menikahi
perempuan muslim dengan niat murtad lagi sehingga bisa membawa
anak2nya kembali kepada agamanya semula. Orang tua anak Muslim yang
akan dinikahi tentu merasa khawatir dan cemas, kalau orang kafir ini
hanya berpura2 masuk Islam untuk menikahi anaknya dengan niat di
atas. Dengan ancaman hukuman mati, rasa khawatir akan juga dialami
oleh orang kafir ini sehingga ia harus berpikir berulang kali sebelum
berpura2 membaca syahadat di hadapan penghulu.
Agak menyimpang dari main topic, but might be related, IMHO, hukum
Islam itu indivisible, comprehensive. Tidak bisa kita terapkan satu
hukum, tapi menafikan hukum lainnya. Pada zaman khalifah Umar bin
Khattab, pernah terjadi kasus pencurian, sedang Umar RA tidak
menerapkan hukum potong tangan, karena situasi dan kondisi saat itu
membuat mereka terpaksa mencuri (masa paceklik). Tetapi ini tidak
berarti Umar menghilangkan hukum potong tangan di dalam Al Qur'an.
Umar tidak melihat ada illat (alasan hukum) yang sama yang bisa
dijadikan landasan pelaksanaan hukum tsb pada saat itu. Setahu saya,
beberapa kasus lainnya yang serupa juga terjadi di masa
khulafurrasyidin lainnya.
Dalam memandang hukum Islam, sudah seharusnya jangan hanya melihat
dengan sebelah mata, membela pelaku kejahatan tanpa melihat penderita
kejahatan tsb. Hukum potong tangan misalnya tampak tidak adil buat
sang perampok. Tapi bagaimana dengan victim perampokan? Setiap orang
akan merasakan rasa takut dan cemas di komunitas di mana banyak
perampokan, khawatir kalau2 ia akan mengalami kehilangan harta benda
(bahkan nyawa) ketika perampokan itu terjadi padanya. Dengan
diterapkan hukum potong tangan (dan hukum mati buat pembunuh), para
perampok akan pula merasakan rasa takut dan cemas akan konsekwensi
kejahatan mereka, serta berpikir berulang kali sebelum benar2 berani
beraksi.
Wallahu'alam.
Wednesday, April 01, 2009
Su'uzhan terhadap Rasulullah
After the battle of Hunain, all the booties was distributed by Rasulullah (SAW)
to others except the people of Ansar (those who helped Rasulullah and his
companions in migration from Mecca to Medina).
The Ansar felt a little pinch in their heart, and Sa'ad bin 'Ubadah (RA)
informed Rasulullah (SAW) about this. He (SAW) asked Sa'ad about
his opinion about the matter. He answered: "I also agree with my
community."
Rasulullah (SAW) then asked Sa'ad to gather his people. When all
the people were collected, Rasulullah went to them. After he praised
Allah, he addressed them, by saying:
"Some news about you has reached me, and you have some pinch
about me in your hearts.
Is it not true when I came to you, you had lost your way,
and Allah showed you the path of guidance through me;
you were poor and paupers, and Allah made you sufficient;
you were enemies of each other, and Allah caused your hearts
to be united?"
The people replied: "Why not, O Rasulullah, we are very obliged to
Allah and His Messenger."
Then he (SAW) asked: "O people of Ansar! Will you not answer my
question?"
They replied: "What reply can we give, O Rasulullah?"
The he (SAW) said:
"By Allah, if you want, you can say: 'O Muhammad, you were
helpless, and we helped you; you were made to flee, and we
gave you shelter. You were worried and sad, and we comforted
you'.
O people of Ansar! You were displeased with me for a little
wealth of the world, that with the help of that wealth I have
pleased the hearts of some the new Muslims, and I considered
your religion sufficient for you.
O people of Ansar! Are you not agreeable that the people
should take away with them camels and goats, and you should
return to your homes with the messenger of Allah?
By Him in Whose Hand is the life of Muhammad, if there were
no migration, I would have been an individual of Ansar, if
the people walked in one valley and the Ansar in another
valley, then I would have walked in the valley of Ansar.
O Allah..! Have mercy on Ansar, have mercy on their children,
have mercy on their grandchildren!"
The people cried till their beard were wet with the tears, and
they shouted: "We are pleased with the distribution of Rasulullah!"
* * *
Ref: Bukhari, Muslim
Tuesday, March 31, 2009
Too many people on Earth?
"There are already too many people living on Planet Earth, according to one of most influential science advisors in the US government." (Source: http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/7974995.stm)
Is it true? Padahal ada juga opini2 researchers lain yg bilang bhw "overpopulation is just a myth" , e.g.:
http://www.pop.org/
"for more than 100 years, alarmist scientists have been perpetrating a myth - the myth that the world is overpopulated, based on faulty math, and flawed science and reasoning. it has never been true."
http://www.washingtontimes.com/news/2008/jul/27/taking-on-the-overpopulation-myth/
"...deploring the forced sterilization and abortion campaigns conducted in the Third World as part of the postwar global population control effort."
http://asinstitute.org/node/47
"Professor Nicholas Eberstadt, an expert in population and demography, the UNFPA and other alarmists provide no credible evidence to justify this belief."
Wallahu'alam.
Is it true? Padahal ada juga opini2 researchers lain yg bilang bhw "overpopulation is just a myth" , e.g.:
http://www.pop.org/
"for more than 100 years, alarmist scientists have been perpetrating a myth - the myth that the world is overpopulated, based on faulty math, and flawed science and reasoning. it has never been true."
http://www.washingtontimes.com/news/2008/jul/27/taking-on-the-overpopulation-myth/
"...deploring the forced sterilization and abortion campaigns conducted in the Third World as part of the postwar global population control effort."
http://asinstitute.org/node/47
"Professor Nicholas Eberstadt, an expert in population and demography, the UNFPA and other alarmists provide no credible evidence to justify this belief."
Wallahu'alam.
Friday, March 06, 2009
Belajar Islam: Tiga Pertanyaan Utama
Good article from Imam Shamsi Ali...
YPO (Young President's Organizations) Belajar Islam
M. Syamsi Ali
Kamis malam, 5 Maret kemarin, terjadi sebuah hajatan akbar di Islamic Center New York. Kelompok presiden-presiden muda yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang disebut YPO (Young President's Organizations) atau presiden muda organisasi-organisasi (profesional) dalam berbagai bidang berkunjung ke Islamic Center. Kunjungan ini telah direncanakan secara profesional sejak sekitar dua bulan lalu. Maksud kunjungan adalah untuk melakukan dialog terbuka tentang Islam dan budaya Islam.
Tidak kurang dari 125 presiden berbagai institusi, termasuk presiden-presiden bisnis, media, dll., sangat antusias mendengarkan paparan tentang Islam dari saya sendiri, Imam Faisal Abdur Rauf (Imam Masjid Farah di NYC) dan Sr. Dalia Majid, penulis buku Who Speaks for Islam bersama Dr. John Esposito dari DC. Bagi Islamic Center ini sebuah gebrakan luar biasa, mengingat pesertanya adalah pimpinan-pimpinan berbagai institusi bergengsi di kota New York dan sekiatarnya. Bahkan sebagian adalah CEO beberapa perusahaan ternama dan berafiliasi ke Wall Street.
Yang menarik, acara ini sebenarnya dilakukan atas inisiatif Islamic Center dan Cordova Institute pimpinan Imam Faisal Abdur Rauf. Tapi seluruh kebutuhan pendukung, termasuk katering makan malamnya ditanggung oleh mereka. Bahkan, untuk penyajian makan malam, ruangan masjid Islamic Center ruang dasar disulap menjadi sebuah restoran mewah. Semua didesign oleh sebuah perusahaan katering yang bergengsi, namun dengan menu yang halal.
Tiga Pertanyaan Utama
Acara dimulai dengan pembukaan oleh Presiden YPO, yang pada intinya menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada Islamic Center atas kebaikannya menjadi tuan rumah dan mengundang anggota YPO untuk berdialog tentang Islam. Menurutnya, sejak lama, dan khususnya setelah 11 September, mereka sudah meniatkan untuk melakukan sebuah acara seperti ini. Tapi, menurutnya lagi, tidak tahu bagaimana dan dari mana memulai.
Presiden YPO, Mr. Cristian Dubb, menegaskan bahwa banyak di antara anggota YPO yang sama sekali 'buta' tentang Islam. Dan, menurutnya lagi, cenderung salah memahami segala sesuatu yang terkait dengan berbagai peristiwa yang terjadi,. khususnya jika hal itu dikaitkan oleh orang Islam (Muslim). "Saya merasa bersalah jika hal ini terjadi terus menerus dan tidak ada usaha klarifikasi langsung dari pihak-pihak yang punya otoritas akan hal tersebut", jelasnya. "Semoga langkah ini menjadi saksi bahwa kita tidak terpenjara oleh persepsi kita sendiri, yang boleh jadi merupakan kejahilan (ignorance) yang tidak dibenarkan (justified)", lanjutnya.
Presiden YPO kemudian mempersilahkan saya untuk menyampaikan 'ucapan selamat datang' (welcome remarks). Oleh karena saya adalah salah seorang pembicara, saya hanya menyampaikan 'kebahagiaan atas kehormatan yang diberikan kepada Islamic Center sebagai tuan rumah acara yang langka tersebut'. Terima kasih kepada Cordova dan Imam Faisal, YPO president, dan juga semua yang hadir. Saya tutup dengan mengatakan "I am trying to avoid my instinct as an Imam". "As you know, for Imam, when you hand over the microphone to him, he will not be able to stop speaking", kata saya disambut gelak tawa para hadirin.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh sekretaris YPO, Mr. Paul Bergmen (or Bergman). Tidak satu dari kami bertiga yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan kata pengantar diskusi. Acara langsung dimulai dengan pertanyaan kepada setiap pembicara.
Pertanyaan pertama ditujukan kepada Imam Faisal mengenai apa artinya menjadi seorang Muslim. Dalam jawabannya, beliau menyampaikan pokok-pokok Iman dan Islam (Rukun Iman dan rukum Islam). Tapi tentunya dalam pembahasan yang cukup ilmiyah mendasar. Pada intinya beliau menyampaikan bahwa untuk menjadi seorang Muslim, ada dua hal yang mutlak terpenuhi, yaitu iman dan amal. Iman adalah ungkapan hati, sementara amal adalah ungkapan anggota tubuh. Dankeduanya harus sejalan (seiya). Ketika amal menunjukkan Islam, namun hati tidak setuju, maka disebut 'munafik'. Sebaliknya, jika hati menyatakan Islam (submission), namun anggota tubuh menolak, makan ini disebut "kefasikan".
Pertanyaan kedua ditujukan kepada saya sendiri. 'Imam, Ibnu Taimiyah in one of his books said that Jihad is so essential, and even might be considered the sixth pillar of Islam. Could you tell us what does jihad mean?'.
'Barangkali dalam berbagai forum yang saya pernah ikuti, pertanyaan tentang jihad memang selalu muncul', kataku memulai. Sayang sekali, ketika kata jihad terdengar, yang pertama kali sampai dibenak mereka yang mendengarkan kata itu adalah 'killings, bombings, wars, and so forth. Persepsi ini, jelasku, sangat sempit, bahkan bisa dianggap 'misleading'.
Saya katakan sempit karena konsep jihad jauh lebih besar dan luas ketimbang perang. Perang hanya bagian kecil dan tempat perang dalam konsepsi jihad memiliki kedudukan dengan segala keterbatasan. Yaitu di saat situasi memaksa, dan ini memerlukan penjelasan tersendiri yang komprehensif. Saya katakan 'misleading' karena kata jihad sangat tidak benar untuk diterjemahkan dengan 'holy war'. Bahkan perintah untuk berjihad telah diturunkan dalam Al Qur'an jauh sebelum ada perintah perang dalam sejarah Islam.
Singkatnya, saya katakan, jihad merupakan perintah sangat global untuk melakukan perjuangan dan kerja keras menuju kepada situasi yang lebih baik. Baik itu pada tataran pribadi, kelurga, bangsa, maupun dalam upaya menciptakan dunia yang lebih baik. Maka, kata jihad berarti "usaha sungguh-sungguh dan profesional".
Usaha sungguh-sungguh dan profesional ini mencakup tiga hal:
Satu: biljawarih; yaitu jihad dengan anggota tubuh (physical involvement). Yaitu segala usaha yang sungguh dan profesional yang menyangkut anggota tubuh untuk menciptakan situasi yang lebih baik dalam segala skal kehidupan. Pebisnis Muslim yang sungguh-sungguh dan profesional (melakukan berdasarkan ilmu dan hukum Islm yang benar), seperti jujur, tidak terlibat dengan bisnis haram, dll., adalah mujahid dalam kategori ini.
Perang dalam membela hak dan keadilan adalah bagian penting dari sisi jihak bil jawarih ini.
Dua: bil-aql; yaitu jihad dengan melibatkan kecerdasan akal dan pemikiran. 'Knowledge in Islam is one of the two basic keys for any action to be considered a worship', jelas saya. Menuntut ilmu adalah perintah mendasar, dan bahkan ayat pertama yang turun kepada Rasulullah (SAW) adalah perintah untuk 'berpikir atau membaca' (Iqra'). Maka, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua Muslim, pria maupun wanita.
Tiga: bil-qalb; yaitu dengan hati dan nurani atau dalam bahasa keseharian mungkin bisa disebutkan sebagai al-jihad ar-ruuhy (spiritual struggle). 'This is the largest part, and in fact, the most important jihad in our life', jelasku merujuk kepada statement yang mengatakan: "raja'na minal jihad al-asghar ila al-jihad al-akbar". Bahkan ayat perintah untuk berjihad akbar (wa jaahid-hum bihi jihaadan kabira) justeru turun di Mekah, jauh sebelum diturunkan perintah perang.
Kesimpulannya, jihad adalah mengerahkan segala daya dan upaya secara sungguh-sungguh, terus menerus dan profesional dalam upaya menciptakan keadaan yang lebih ahsan. Dari kezaliman kepada keadilan. Dari kemiskinan kepada kemakmuran. Dari kejahilan kepada pengetahuan. Dari kesemrawutan kepada kedisiplinan, dst., semua ini membutuhkan jihad yang sungguh-sungguh.
Pertanyaan ketiga ditujukan kepada Sr. Dalia Majid. 'Dalia, what many are questioning around is that why we did not hear strong voice of Muslims, especially Muslim scholars, condemning terrorism and radicalism?'.
Sr. Dalia yang memakai jilbab rapih itu menjawab dengan sangat ilmiyah dan sistimatis. Intinya, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa alasan kenapa 'Muslim voices are not heard'. Maksud beliau, bukan karena tidak ada atau kurang yang mengutuk terorisme, tapi kenapa suara-suara yang mengutuk itu tidak didengar.
Satu: memang karena pernyataan mengutuk itu tidak sampai kepada khalayak ramai. Inin disebabkan oleh media yang masih didominasi oleh pebisnis yang mencari profit. 'And we know who can deliver to them the profit', katanya tenang. Jadi sebenarnya sudah banyak dan sudah lama ulama Islam menyampaikan kutukan, bahkan kata Dalia lagi, pimpinan Hamas pun pernah menyampaikan kutukan tersebut. Sayang, media-media utama, segaja atau tidak, tidak berhasrat untuk menyampaikan ini kepada khalayak ramai.
Dua: memang ada semacam tendensi (kecenderungan) sebagian untuk selalu overlook pernyataan-pernyataan mengutuk dari ulama Islam. Ini karena terkadang mind-set orang-orang tersebut memang telah dibentuk sedemikian rupa, sehingga suara-suara pernyataan mengutuk itu berlalu bagaikan angin berlalu. Dalia memberikan contoh. 'How many of you had ever googled things on the web?', tanyanya. Hadirin nampak tertawa mendengarkan hal ini. 'I suggest you to google, Muslims condem terrorism. I ensure you will find a lot of statements condemning terrorism by Muslim scholars, even some whom you may consider radical ones', jelas Dalia.
Dalia mengakhiri penjelasannya dengan mengatakan "barangkali memang ada yang cenderung tidak ingin mengutuk beberapa tindakan terorisme, termasuk serangan 11 September". Menurutnya, ini disebabkan karena persepsi tentang peristiwa itu dipahami tidak sejalan dengan apa yang kita pahami. Dalia kemudian memberikan contoh perang Gaza. 'How many Americans condenmed the killing of chidlren and women?", tanyanya. Hampir tidak ada. Kenapa? Karena persepsi orang-orang Amerika melihatnya sebagai 'self defense' bagi orang-orang Israel.
Ketika ada serangan terorisme yang dilakukan oleh orang-orang Muslim, boleh jadi ini dilihat sebagai 'self defence' atas berbagai aggression yang dilakukan oleh siapa yang dipersepsikan sebagai musuh-musuh mereka. Sebelum Amerika menduduki Irak, hampir tidak ada orang Islam yang membunuh tetangga. Tapi ketika Amerika menduduki Irak, saling membunuh 'might be a means te have back their rights and dignity'.
Appreciation
Demikian pertanyaan demi pertanyaan disampaikan oleh moderator, dan dilan jutkan kemudian oleh para hadirin (audience). banyak yang terjawab dan memuaskan, tapi ada beberapa pertanyaan yang difollow-upi dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya karena jawaban yang diberikan oleh nara sumber masih belum memuaskan.
tapi pada akhirnya, hampir semua yang hadir menyatakan sangat puas. Bahkan banyak di antara mereka menyatakan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas acara tersebut. Bahkan ingin kalau acara seperti itu minimal dilakukan sekali dalam setahun.
Acara diakhir dengan makan malam. Tapi di tengah santap malam pun masih dilakukan tanya jawab dengan Imam faisal dan saya sendiri. Sr. Dalia harus kembali ke DC sebelum acara makan malam, sehingga tidak terlibat pada acara tanya jawab di saat makan malam berlangsung. Pertanyaan beragam, dari Syariah hingga ke Obama. Semua terjawab secara baik dan rapih oleh Imam Faisal Abdur Rauf.
Acara ditutup dengan ucapan terima kasih dari saya sebagai tuan rumah. Saya hanya menyampaikan penghargaan sekali lagi kepada YPO atas kerjasama yang baik. Saya menekankan bahwa negara-negara Muslim ada sekitar 57 negara. Akan sangat sia-sia jika Amerika membangun hubungan yang tidak bersahabat. Amerika membutuhkan negara-negara Muslim, dan negara-negara Muslim juga membutuhkan Amerika dalam banyak hal. Masa depan akan semakin cemerlang jika, seperti diungkapkan Obama, dibangun relasi yang saling menguntungkan dan saling menghormati.
Akhirnya, saya tak habis pikir kenapa orang-orang itu pada ingin mendengarkan ceramah tentang Islam? Apa yang ada dibenak mereka? Bukankah mereka bisa saja acuh dan tak peduli dengan Islam, sebagaimana mereka memang tidak peduli dengan agama? Tapi adakah memang Islam telah menjadi magnet yang menarik kuat perhatian orang-orang Amerika, termasuk pada profesional di bidang bisnis dan media?
Tentu hanya Allah yang tahu. Harapan kami semua, semoga ini menjadi awal bagi terbukanya pintu hidayah dari langit bagi mereka yang menghendaki. Allahu A'lam!
YPO (Young President's Organizations) Belajar Islam
M. Syamsi Ali
Kamis malam, 5 Maret kemarin, terjadi sebuah hajatan akbar di Islamic Center New York. Kelompok presiden-presiden muda yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang disebut YPO (Young President's Organizations) atau presiden muda organisasi-organisasi (profesional) dalam berbagai bidang berkunjung ke Islamic Center. Kunjungan ini telah direncanakan secara profesional sejak sekitar dua bulan lalu. Maksud kunjungan adalah untuk melakukan dialog terbuka tentang Islam dan budaya Islam.
Tidak kurang dari 125 presiden berbagai institusi, termasuk presiden-presiden bisnis, media, dll., sangat antusias mendengarkan paparan tentang Islam dari saya sendiri, Imam Faisal Abdur Rauf (Imam Masjid Farah di NYC) dan Sr. Dalia Majid, penulis buku Who Speaks for Islam bersama Dr. John Esposito dari DC. Bagi Islamic Center ini sebuah gebrakan luar biasa, mengingat pesertanya adalah pimpinan-pimpinan berbagai institusi bergengsi di kota New York dan sekiatarnya. Bahkan sebagian adalah CEO beberapa perusahaan ternama dan berafiliasi ke Wall Street.
Yang menarik, acara ini sebenarnya dilakukan atas inisiatif Islamic Center dan Cordova Institute pimpinan Imam Faisal Abdur Rauf. Tapi seluruh kebutuhan pendukung, termasuk katering makan malamnya ditanggung oleh mereka. Bahkan, untuk penyajian makan malam, ruangan masjid Islamic Center ruang dasar disulap menjadi sebuah restoran mewah. Semua didesign oleh sebuah perusahaan katering yang bergengsi, namun dengan menu yang halal.
Tiga Pertanyaan Utama
Acara dimulai dengan pembukaan oleh Presiden YPO, yang pada intinya menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada Islamic Center atas kebaikannya menjadi tuan rumah dan mengundang anggota YPO untuk berdialog tentang Islam. Menurutnya, sejak lama, dan khususnya setelah 11 September, mereka sudah meniatkan untuk melakukan sebuah acara seperti ini. Tapi, menurutnya lagi, tidak tahu bagaimana dan dari mana memulai.
Presiden YPO, Mr. Cristian Dubb, menegaskan bahwa banyak di antara anggota YPO yang sama sekali 'buta' tentang Islam. Dan, menurutnya lagi, cenderung salah memahami segala sesuatu yang terkait dengan berbagai peristiwa yang terjadi,. khususnya jika hal itu dikaitkan oleh orang Islam (Muslim). "Saya merasa bersalah jika hal ini terjadi terus menerus dan tidak ada usaha klarifikasi langsung dari pihak-pihak yang punya otoritas akan hal tersebut", jelasnya. "Semoga langkah ini menjadi saksi bahwa kita tidak terpenjara oleh persepsi kita sendiri, yang boleh jadi merupakan kejahilan (ignorance) yang tidak dibenarkan (justified)", lanjutnya.
Presiden YPO kemudian mempersilahkan saya untuk menyampaikan 'ucapan selamat datang' (welcome remarks). Oleh karena saya adalah salah seorang pembicara, saya hanya menyampaikan 'kebahagiaan atas kehormatan yang diberikan kepada Islamic Center sebagai tuan rumah acara yang langka tersebut'. Terima kasih kepada Cordova dan Imam Faisal, YPO president, dan juga semua yang hadir. Saya tutup dengan mengatakan "I am trying to avoid my instinct as an Imam". "As you know, for Imam, when you hand over the microphone to him, he will not be able to stop speaking", kata saya disambut gelak tawa para hadirin.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang dimoderatori oleh sekretaris YPO, Mr. Paul Bergmen (or Bergman). Tidak satu dari kami bertiga yang diberikan kesempatan untuk menyampaikan kata pengantar diskusi. Acara langsung dimulai dengan pertanyaan kepada setiap pembicara.
Pertanyaan pertama ditujukan kepada Imam Faisal mengenai apa artinya menjadi seorang Muslim. Dalam jawabannya, beliau menyampaikan pokok-pokok Iman dan Islam (Rukun Iman dan rukum Islam). Tapi tentunya dalam pembahasan yang cukup ilmiyah mendasar. Pada intinya beliau menyampaikan bahwa untuk menjadi seorang Muslim, ada dua hal yang mutlak terpenuhi, yaitu iman dan amal. Iman adalah ungkapan hati, sementara amal adalah ungkapan anggota tubuh. Dankeduanya harus sejalan (seiya). Ketika amal menunjukkan Islam, namun hati tidak setuju, maka disebut 'munafik'. Sebaliknya, jika hati menyatakan Islam (submission), namun anggota tubuh menolak, makan ini disebut "kefasikan".
Pertanyaan kedua ditujukan kepada saya sendiri. 'Imam, Ibnu Taimiyah in one of his books said that Jihad is so essential, and even might be considered the sixth pillar of Islam. Could you tell us what does jihad mean?'.
'Barangkali dalam berbagai forum yang saya pernah ikuti, pertanyaan tentang jihad memang selalu muncul', kataku memulai. Sayang sekali, ketika kata jihad terdengar, yang pertama kali sampai dibenak mereka yang mendengarkan kata itu adalah 'killings, bombings, wars, and so forth. Persepsi ini, jelasku, sangat sempit, bahkan bisa dianggap 'misleading'.
Saya katakan sempit karena konsep jihad jauh lebih besar dan luas ketimbang perang. Perang hanya bagian kecil dan tempat perang dalam konsepsi jihad memiliki kedudukan dengan segala keterbatasan. Yaitu di saat situasi memaksa, dan ini memerlukan penjelasan tersendiri yang komprehensif. Saya katakan 'misleading' karena kata jihad sangat tidak benar untuk diterjemahkan dengan 'holy war'. Bahkan perintah untuk berjihad telah diturunkan dalam Al Qur'an jauh sebelum ada perintah perang dalam sejarah Islam.
Singkatnya, saya katakan, jihad merupakan perintah sangat global untuk melakukan perjuangan dan kerja keras menuju kepada situasi yang lebih baik. Baik itu pada tataran pribadi, kelurga, bangsa, maupun dalam upaya menciptakan dunia yang lebih baik. Maka, kata jihad berarti "usaha sungguh-sungguh dan profesional".
Usaha sungguh-sungguh dan profesional ini mencakup tiga hal:
Satu: biljawarih; yaitu jihad dengan anggota tubuh (physical involvement). Yaitu segala usaha yang sungguh dan profesional yang menyangkut anggota tubuh untuk menciptakan situasi yang lebih baik dalam segala skal kehidupan. Pebisnis Muslim yang sungguh-sungguh dan profesional (melakukan berdasarkan ilmu dan hukum Islm yang benar), seperti jujur, tidak terlibat dengan bisnis haram, dll., adalah mujahid dalam kategori ini.
Perang dalam membela hak dan keadilan adalah bagian penting dari sisi jihak bil jawarih ini.
Dua: bil-aql; yaitu jihad dengan melibatkan kecerdasan akal dan pemikiran. 'Knowledge in Islam is one of the two basic keys for any action to be considered a worship', jelas saya. Menuntut ilmu adalah perintah mendasar, dan bahkan ayat pertama yang turun kepada Rasulullah (SAW) adalah perintah untuk 'berpikir atau membaca' (Iqra'). Maka, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi semua Muslim, pria maupun wanita.
Tiga: bil-qalb; yaitu dengan hati dan nurani atau dalam bahasa keseharian mungkin bisa disebutkan sebagai al-jihad ar-ruuhy (spiritual struggle). 'This is the largest part, and in fact, the most important jihad in our life', jelasku merujuk kepada statement yang mengatakan: "raja'na minal jihad al-asghar ila al-jihad al-akbar". Bahkan ayat perintah untuk berjihad akbar (wa jaahid-hum bihi jihaadan kabira) justeru turun di Mekah, jauh sebelum diturunkan perintah perang.
Kesimpulannya, jihad adalah mengerahkan segala daya dan upaya secara sungguh-sungguh, terus menerus dan profesional dalam upaya menciptakan keadaan yang lebih ahsan. Dari kezaliman kepada keadilan. Dari kemiskinan kepada kemakmuran. Dari kejahilan kepada pengetahuan. Dari kesemrawutan kepada kedisiplinan, dst., semua ini membutuhkan jihad yang sungguh-sungguh.
Pertanyaan ketiga ditujukan kepada Sr. Dalia Majid. 'Dalia, what many are questioning around is that why we did not hear strong voice of Muslims, especially Muslim scholars, condemning terrorism and radicalism?'.
Sr. Dalia yang memakai jilbab rapih itu menjawab dengan sangat ilmiyah dan sistimatis. Intinya, beliau menyampaikan bahwa ada beberapa alasan kenapa 'Muslim voices are not heard'. Maksud beliau, bukan karena tidak ada atau kurang yang mengutuk terorisme, tapi kenapa suara-suara yang mengutuk itu tidak didengar.
Satu: memang karena pernyataan mengutuk itu tidak sampai kepada khalayak ramai. Inin disebabkan oleh media yang masih didominasi oleh pebisnis yang mencari profit. 'And we know who can deliver to them the profit', katanya tenang. Jadi sebenarnya sudah banyak dan sudah lama ulama Islam menyampaikan kutukan, bahkan kata Dalia lagi, pimpinan Hamas pun pernah menyampaikan kutukan tersebut. Sayang, media-media utama, segaja atau tidak, tidak berhasrat untuk menyampaikan ini kepada khalayak ramai.
Dua: memang ada semacam tendensi (kecenderungan) sebagian untuk selalu overlook pernyataan-pernyataan mengutuk dari ulama Islam. Ini karena terkadang mind-set orang-orang tersebut memang telah dibentuk sedemikian rupa, sehingga suara-suara pernyataan mengutuk itu berlalu bagaikan angin berlalu. Dalia memberikan contoh. 'How many of you had ever googled things on the web?', tanyanya. Hadirin nampak tertawa mendengarkan hal ini. 'I suggest you to google, Muslims condem terrorism. I ensure you will find a lot of statements condemning terrorism by Muslim scholars, even some whom you may consider radical ones', jelas Dalia.
Dalia mengakhiri penjelasannya dengan mengatakan "barangkali memang ada yang cenderung tidak ingin mengutuk beberapa tindakan terorisme, termasuk serangan 11 September". Menurutnya, ini disebabkan karena persepsi tentang peristiwa itu dipahami tidak sejalan dengan apa yang kita pahami. Dalia kemudian memberikan contoh perang Gaza. 'How many Americans condenmed the killing of chidlren and women?", tanyanya. Hampir tidak ada. Kenapa? Karena persepsi orang-orang Amerika melihatnya sebagai 'self defense' bagi orang-orang Israel.
Ketika ada serangan terorisme yang dilakukan oleh orang-orang Muslim, boleh jadi ini dilihat sebagai 'self defence' atas berbagai aggression yang dilakukan oleh siapa yang dipersepsikan sebagai musuh-musuh mereka. Sebelum Amerika menduduki Irak, hampir tidak ada orang Islam yang membunuh tetangga. Tapi ketika Amerika menduduki Irak, saling membunuh 'might be a means te have back their rights and dignity'.
Appreciation
Demikian pertanyaan demi pertanyaan disampaikan oleh moderator, dan dilan jutkan kemudian oleh para hadirin (audience). banyak yang terjawab dan memuaskan, tapi ada beberapa pertanyaan yang difollow-upi dengan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya karena jawaban yang diberikan oleh nara sumber masih belum memuaskan.
tapi pada akhirnya, hampir semua yang hadir menyatakan sangat puas. Bahkan banyak di antara mereka menyatakan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas acara tersebut. Bahkan ingin kalau acara seperti itu minimal dilakukan sekali dalam setahun.
Acara diakhir dengan makan malam. Tapi di tengah santap malam pun masih dilakukan tanya jawab dengan Imam faisal dan saya sendiri. Sr. Dalia harus kembali ke DC sebelum acara makan malam, sehingga tidak terlibat pada acara tanya jawab di saat makan malam berlangsung. Pertanyaan beragam, dari Syariah hingga ke Obama. Semua terjawab secara baik dan rapih oleh Imam Faisal Abdur Rauf.
Acara ditutup dengan ucapan terima kasih dari saya sebagai tuan rumah. Saya hanya menyampaikan penghargaan sekali lagi kepada YPO atas kerjasama yang baik. Saya menekankan bahwa negara-negara Muslim ada sekitar 57 negara. Akan sangat sia-sia jika Amerika membangun hubungan yang tidak bersahabat. Amerika membutuhkan negara-negara Muslim, dan negara-negara Muslim juga membutuhkan Amerika dalam banyak hal. Masa depan akan semakin cemerlang jika, seperti diungkapkan Obama, dibangun relasi yang saling menguntungkan dan saling menghormati.
Akhirnya, saya tak habis pikir kenapa orang-orang itu pada ingin mendengarkan ceramah tentang Islam? Apa yang ada dibenak mereka? Bukankah mereka bisa saja acuh dan tak peduli dengan Islam, sebagaimana mereka memang tidak peduli dengan agama? Tapi adakah memang Islam telah menjadi magnet yang menarik kuat perhatian orang-orang Amerika, termasuk pada profesional di bidang bisnis dan media?
Tentu hanya Allah yang tahu. Harapan kami semua, semoga ini menjadi awal bagi terbukanya pintu hidayah dari langit bagi mereka yang menghendaki. Allahu A'lam!
Tuduhan tidak otentiknya Qur'an
Tuduhan mengenai tidak autentiknya kitab suci Al Qur'an sudah dilontarkan sejak lama oleh orientalists dan missionaries. Bagaimana merespon tuduhan ini? Kita sebagai Muslim tentu yakin akan firman Allah yg mengatakan bhw Allah akan menjaga kemurnian wahyuNya dlm Al Qur'an. Tetapi response kita tidak cukup hanya dgn ini tanpa menyertakan data2 yg mengandung bukti2 yg bisa diterima oleh semua orang. Dalam hal authenticity of the Qur'an, kita memiliki historical records yg bisa diverifikasi reliabilitynya dan fakta akan mudahnya memorization of the Qur'an.
Dua tulisan singkat di bawah ini mungkin bisa membantu tentang the basics of the authenticity of the Qur'an:
http://mridha.blogspot.com/2007/05/sejarah-singkat-kronologis-pembukuan-al.html
http://mridha.blogspot.com/2007/05/mushaf-ustmani-bukan-mushaf-al-quran-yg.html
Bagi mereka yang ingin mendalami hal ini, buku2 ini bagus untuk dibaca:
"The Qur'an and The Latest Orientalist Assumptions"
"The Qur'an and the Orientalists"
"The History of the Qur'anic text"
Tuesday, March 03, 2009
Gambar Nabi di Wikipedia?
Di tengah-tengah polemik mengenai gambar Nabi SAW di wikipedia, saya teringat dulu semasa kuliah sudah pernah membaca buku2 yg memuat gambar2 ini, yang sepertinya digambar oleh orang2 Persia, Muslim perhaps (correct me if I'm wrong), except one from an orientalist.
Terus terang hati saya tidak merasakan penghinaan thd Nabi dan tidak pernah terlintas pikiran saya bahwa figure Nabi adalah seperti yg dilukis itu, karena mungkin saya hanya melihatnya sebagai effort dari para pelukis in middle ages yg ingin menceritakan historical event di zaman Nabi. Lain halnya dgn komik2 atau karikatur yg jelas2 dibuat untuk menghujat dan menghinakan Nabi SAW.
Wallahu'alam.
Terus terang hati saya tidak merasakan penghinaan thd Nabi dan tidak pernah terlintas pikiran saya bahwa figure Nabi adalah seperti yg dilukis itu, karena mungkin saya hanya melihatnya sebagai effort dari para pelukis in middle ages yg ingin menceritakan historical event di zaman Nabi. Lain halnya dgn komik2 atau karikatur yg jelas2 dibuat untuk menghujat dan menghinakan Nabi SAW.
Wallahu'alam.
Kontroversi Menara Jakarta
Just curious, kira2 apakah orang2 Islam di Amerika juga diperbolehkan membuat masjid terbesar dan tertinggi di dunia di Washington DC mengalahkan Menara Petronas Malaysia? Kayaknya orang2 Islam kaya raya di Dubai, Qatar, Kuwait, Saudi, dll., mudah saja memfunding project ini kalau izinnya bisa di dapat dari local government di DC. Boleh tidak ya?
-------------
Tentang Menara Jakarta (Menara Doa Jakarta, Jakarta Revival Center)
From: http://id.wikipedia.org/wiki/Menara_Jakarta
Pada periode pembangunan sekarang (2006-2011), salah satu kontroversi yang cukup mengemuka mengenai Menara Jakarta adalah bahwa Menara ini akan menjadi Christian Center yang didukung oleh Gereja Bethany Indonesia. Pasalnya, Presiden Komisaris pengembang proyek ini, PT Prasada Japa Pamudja adalah Abraham Alex Tanuseputra yang menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia. Selain itu, proyek ini sering disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
From: http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Alex_Tanuseputra
Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
From: http://www.unitedworld-usa.com/reports/indonesia/interview.asp
United World: Capital cities are remembered for their icons. The Malaysians have the Petronas tower in Kuala Lumpur and there is the Vatican in Rome.
Mr. Alex:Yes, so we must have one as well. This is why PT Prasada Japa Pamudja is building the Jakarta Tower, which will be the highest tower in the world. PT Prasada Japa Pamudja provides a clear example of how a religious organization can work together with the government and with private organizations and further contribute to the welfare of Indonesia.
The parliament has come to see the construction of the building. They endorse the project too. The Government supports us. All entities and partners in media broadcasting and retails are welcome to join us.
The Tower will serve to various purposes. First, it will be an icon for Indonesia so that the world could recognize our country. Secondly, it will contribute to our country's transition into the upcoming digital era of broadcasting in Indonesia, especially for the existing broadcasters as our plan to be the third party sharing digital provider. Above all, the main aim of the tower is to give back to the community providing jobs and operating quality programs such as educational and religious for 200 million people. So although we started out only with the funds that we accumulated, contributed by our congregations, the Lord has helped us by providing us with investors and donations. Even though mainly Christians construct the tower, we are building it for all the Indonesians, no matter their colour or religious background. Once the tower will be completed, it will benefit all the Indonesian people.
We have the Bethany family, but the tower will be open to everyone, it will be a symbol for the nation: the Tower of the unity.
-------------
Tentang Menara Jakarta (Menara Doa Jakarta, Jakarta Revival Center)
From: http://id.wikipedia.org/wiki/Menara_Jakarta
Pada periode pembangunan sekarang (2006-2011), salah satu kontroversi yang cukup mengemuka mengenai Menara Jakarta adalah bahwa Menara ini akan menjadi Christian Center yang didukung oleh Gereja Bethany Indonesia. Pasalnya, Presiden Komisaris pengembang proyek ini, PT Prasada Japa Pamudja adalah Abraham Alex Tanuseputra yang menjabat sebagai Ketua Umum Sinode Gereja Bethany Indonesia. Selain itu, proyek ini sering disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
From: http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Alex_Tanuseputra
Tahun 2005, PT. Prasada Jasa Pamudja memulai kembali pembangunan Menara Jakarta setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Pdt. Alex merupakan Presiden Komisaris dari perusahaan konstruksi tersebut. Di lingkup Gereja Bethany, menara ini biasa disebut sebagai Menara Doa Jakarta atau Jakarta Revival Center.
From: http://www.unitedworld-usa.com/reports/indonesia/interview.asp
United World: Capital cities are remembered for their icons. The Malaysians have the Petronas tower in Kuala Lumpur and there is the Vatican in Rome.
Mr. Alex:Yes, so we must have one as well. This is why PT Prasada Japa Pamudja is building the Jakarta Tower, which will be the highest tower in the world. PT Prasada Japa Pamudja provides a clear example of how a religious organization can work together with the government and with private organizations and further contribute to the welfare of Indonesia.
The parliament has come to see the construction of the building. They endorse the project too. The Government supports us. All entities and partners in media broadcasting and retails are welcome to join us.
The Tower will serve to various purposes. First, it will be an icon for Indonesia so that the world could recognize our country. Secondly, it will contribute to our country's transition into the upcoming digital era of broadcasting in Indonesia, especially for the existing broadcasters as our plan to be the third party sharing digital provider. Above all, the main aim of the tower is to give back to the community providing jobs and operating quality programs such as educational and religious for 200 million people. So although we started out only with the funds that we accumulated, contributed by our congregations, the Lord has helped us by providing us with investors and donations. Even though mainly Christians construct the tower, we are building it for all the Indonesians, no matter their colour or religious background. Once the tower will be completed, it will benefit all the Indonesian people.
We have the Bethany family, but the tower will be open to everyone, it will be a symbol for the nation: the Tower of the unity.
Monday, March 02, 2009
Muslims beranak banyak untuk menguasai dunia?
Beberapa waktu yg lalu media massa ramai membicarakan this single mother with 6 children yg melahirkan 8 bayi. Karena nama wanita tsb mirip dengan nama yg sering digunakan orang Islam "Suleman", banyak orang menyangka wanita tsb adalah seorang Muslim. Tidak sedikit orang2 yg benci dgn Islam menggunakan berita ini untuk menyebarkan propaganda "Muslim bashing" mereka, bahwa Muslim diajarkan agama mereka untuk beranak sebanyak2nya meskipun dengan menggunakan sperm donor (di luar pernikahan) dengan tujuan menyebarkan jihad dan menguasai Amerika dan dunia. Orang2 penyebar kebencian ini akhirnya malu sendiri ketika akhirnya mengetahui bahwa wanita tsb bukanlah seorang Muslim tapi seorang Christian. Apakah mereka mau menjelek2an agama Christianity karena seorang Christian melakukan hal yg bertentangan dengan ajarannya? Berikut ini beberapa sumber berita yg memberitakannya:
http://blog.christianitytoday.com/ctliveblog/archives/2009/02/octuplets_mom_t.html
http://www.radaronline.com/exclusives/2009/02/octomom-goes-to-church.php
Begitulah kalau kebencian sudah menguasai akal...
http://blog.christianitytoday.com/ctliveblog/archives/2009/02/octuplets_mom_t.html
http://www.radaronline.com/exclusives/2009/02/octomom-goes-to-church.php
Begitulah kalau kebencian sudah menguasai akal...
Thursday, February 26, 2009
Serba-serbi aneka macam pengajian
Kalau saya lihat pengajian2 di US ini berbagai macam tapi banyak yg isinya bisa membuat boring jama'ahnya IMHO... misalnya pengajian salafi yg biasanya hanya membahas kitab2 yg di"approved" oleh ustadz2 salafi, kitab at-tauhid, firqatunnajiyah, etc. (bertahun2 cuma 1-2 kitab aja yg dibahas, nggak ganti2 kitab), juga tidak sedikit topiknya yg nggak jauh dari segala yg dicap bid'ah dan haram, termasuk menghujat orang2 yg tidak sependapat dgn mereka... pengajian tablighi nggak jauh dari jaulah... pengajian Indo-Pak-Bangla biasanya suka ada diskusi panas Sunni-Syi'ah... pengajian Indonesia nggak jauh dari makan2 dan gosip2an.. :-)
Jadi inget dulu di Indonesia... banyak pengajian hanya membahas fiqh seperti macam2 air yg mensucikan, yg membatalkan wudhu', etc.. (bukannya ini tidak penting, tapi kadang2 topik ini dibahas sampai ke hal2 yg kecil2 yg furu'iyah semata yg beda mazhab akan beda pandangannya sehingga mengundang kontroversi/debat panjang antara audience yg beda mazhab)... atau membahas seruan iman dan taqwa tapi tidak pernah diberikan contoh2 kontemporer yg langsung bisa dikaitkan dengan aktivitas kita sehari2, seperti bagaimana mengidentifikasi perbuatan korupsi dan bgmn menghindarinya (e.g. apakah "hadiah" itu harus ditolak, padahal ada hadits yg melarangnya, dst), bgmn mengatasi konflik suami istri, anak orang tua, tetangga, dll, bgmn sistem pendidikan, ekonomi islam, modern teknologi, cloning, cell stem, Qur'anic miracles, dlsb... juga issue2 yg menyangkut kondisi ummat saat ini, seperti ukhuwah, perpecahan, cara mengatasi perbedaan pendapat, dst...
Eh, ini malah jadi panjang sharing feelingnya...
Mudah2an ada manfaatnya..
Jadi inget dulu di Indonesia... banyak pengajian hanya membahas fiqh seperti macam2 air yg mensucikan, yg membatalkan wudhu', etc.. (bukannya ini tidak penting, tapi kadang2 topik ini dibahas sampai ke hal2 yg kecil2 yg furu'iyah semata yg beda mazhab akan beda pandangannya sehingga mengundang kontroversi/debat panjang antara audience yg beda mazhab)... atau membahas seruan iman dan taqwa tapi tidak pernah diberikan contoh2 kontemporer yg langsung bisa dikaitkan dengan aktivitas kita sehari2, seperti bagaimana mengidentifikasi perbuatan korupsi dan bgmn menghindarinya (e.g. apakah "hadiah" itu harus ditolak, padahal ada hadits yg melarangnya, dst), bgmn mengatasi konflik suami istri, anak orang tua, tetangga, dll, bgmn sistem pendidikan, ekonomi islam, modern teknologi, cloning, cell stem, Qur'anic miracles, dlsb... juga issue2 yg menyangkut kondisi ummat saat ini, seperti ukhuwah, perpecahan, cara mengatasi perbedaan pendapat, dst...
Eh, ini malah jadi panjang sharing feelingnya...
Mudah2an ada manfaatnya..
Wednesday, February 25, 2009
Partnership of Faiths
Terima kasih Imam Syamsi atas artikelnya ini.
Saya sering merasa pentingnya Muslim communities mengetahui bagaimana caranya menghadapi perbedaan baik internally maupun externally, serta bagaimana menghandle perbedaan (e.g. conflict management, resolution). Mungkin Islamic centers ada bagusnya bisa mengadakan workshop mengenai hal ini.
Tidak sedikit saya jumpai adanya orang2 Islam yg memulai perpecahan/konflik hanya karena masalah2 kecil saja. Misalnya ketika datang Muslim scholars, ada saja orang2 yg tidak mau mendengar lecture mereka hanya karena "bagian bawah celana beliau melebihi batas mata kaki beliau", atau "beardnya not long enough to fit a fist", dlsb.
IMHO, it's their lost for not wanting to get benefit of the knowledge of these scholars because of their fancy "perfection".
-------------
Saya sering merasa pentingnya Muslim communities mengetahui bagaimana caranya menghadapi perbedaan baik internally maupun externally, serta bagaimana menghandle perbedaan (e.g. conflict management, resolution). Mungkin Islamic centers ada bagusnya bisa mengadakan workshop mengenai hal ini.
Tidak sedikit saya jumpai adanya orang2 Islam yg memulai perpecahan/konflik hanya karena masalah2 kecil saja. Misalnya ketika datang Muslim scholars, ada saja orang2 yg tidak mau mendengar lecture mereka hanya karena "bagian bawah celana beliau melebihi batas mata kaki beliau", atau "beardnya not long enough to fit a fist", dlsb.
IMHO, it's their lost for not wanting to get benefit of the knowledge of these scholars because of their fancy "perfection".
-------------
Partnership of Faiths
M. Syamsi Ali
Siang tadi, Partnership of Faith in New York City melangsungkan pertemuan makan siang tahunan (annual luncheon meeting) di sebuah restoran exclusive di kota New York. Selain sebagai acara tahunan, yang entah kenapa dilakukan setiap Pebruari, juga sebagai acara perpisahan dengan salah seorang anggota dan pendiri dari oragnisasi tersebut, Pastor Arthur Caliandro, mantan Senior Pastor gereja Collegiate Marble. Rev. Caliandro adalah Co-Chair dan salah seorang pendiri organisasi bergengsi ini sekitar 35 tahun silam.
Didirikan sekitar 35 tahun lalu, Partnership of Faiths merupakan sebuah organisasi yang menghimpun pemimpin-pemimpin senior dan berpengaruh agama di kota New York, atau tepaptnya di jantung kota New York yang dikenal dengan Manhattan. Saya katakan senior karena memang hanya saya seorang anggotanya yang berumur di bawah 60 tahun. Mayoritas berumur di atas 70 tahunan. Berpengaruh karena suara mereka sangat didengar para pembesar kota New York.
Saya masih ingat, sekitar setahun lalu, terjadi penembakan polisi terhadap warga hitam di salah satu bagian kota New York, Jamaica Queens. Serentak saja disepakati untuk memanggil Kepala Kepolisian Kota New York (Police Commissioner), Raymond Kelly. Raymond Kelly tidak saja hadir dan menyampaikan posisinya dalam penembakan tersebut, tapi juga menjadi bulan-bulanan pertanyaan yang barangkali belum pernah dia bayangkan sebelumnya. Sampai-sampai, walau saya sudah beberapa kali bertemu dengannya sebelumnya, Mr. Kelly seperti seorang anak yang dimarahi oleh orang tuanya.
Beberapa bulan lalu, ketika Walikota New York, Michel Bloomberg, walau menurut undang-undang hanya dua kali, memutuskan untuk mencalonkan diri untuk ketiga kalinya, Partnership of Faiths mengundangnya dan menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan yang rata-rata Mr. Bloomberg hanya menjawab: “I am promising to get back to you on this…”.
Saya sendiri diminta jadi anggota organisasi ini sekitar tiga tahun lalu, ketika kenyataannya saya masih Deputy Imam di Islamic Cultural Center of New York. Hingga saat ini saya masih mempertanyakan, kenapa justeru bukan Head Imam yang diminta, malah wakilnya yang diminta duduk mewakili Islamic Center. Lebih heran lagi, dari 35 anggotanya, hanya ada 3 Imam yang diikutkan atau tepatnya ikut.
Belajar Menghargai
Sekitar tiga tahun lalu, saya mendapat telpon dari seorang pastor dari gereja Marble Collegiate di Manhattan. Beliau ingin menemui saya karena ingin mengajak saya terlibat dalam acara dialog tiga agama (Kristen, Yahudi dan Islam) pada hari Tahnksgiving di bulan Nopember tahun itu. Sayangnya, ketika saya meng-iyakan untuk bertemu dengannya, saya lupa mencatat di catatan jadwal harian. Maka, pada hari beliau ke Islamic Center menemui saya, saya ternyata tidak ada di tempat.
Bagi orang Amerika, ini merupakan ketidak becusan yang luar biasa. Bahkan mungkin bisa dikategorikan sebagai ‘pengkhianatan’ kecil. Saya tahu betapa orang Amerika menghormati waktu dan janji. Beliau kembali dengan tangan kosong dan hanya meninggalkan kartu nama dan pesan agar kiranya saya menelpon beliau. Sayapun merasakan ‘guilty’ (perasaan bersalah) yang besar.
Beliau inilah Rev. Arthur Caliandro yang ketika itu (tiga tahun lalu) berumur 78 tahun. Beliau ke mana-mana naik teksi, dan mengatakan senang naik teksi karena selalu mendapatkan sopir teksi yang ramah dari kalangan Muslim. Ada cerita yang selalu dia ceritakan di mana-mana, termasuk ketika memberikan ceramah ke jama’ahnya di gerejanya yang terletak di 29th Street and 5th Avenue.
Bahwa suatu ketika, beliau ingin melakukan pertemuan di bagian atas kota Manhattan (up town). Beliau mengambil teksi kuning (yellow cab) menuju ke tempat pertemuan. Di tengah jalan, dia bertanya kepada sopir teksi itu: “Di mana anda pergi untuk sholat?”. Sang sopir menjawab: “biasanya di mana saja ada masjid di saat waktu sholat telah tiba”. Tapi menurutnya, tiba-tiba sang sopir itu menengok ke belakang dan memberikan sebuah pisang.
“I was surprised! This must not be an American way”, katanya. Tidak mungkin seorang Amerika akan memberikan sesuatu, seperti pisang, kepada seseorang yang asing dan apalagi justeru dia yang mengharap diberi lebih.
“I thanked him, telling him that I am leaving it for your own lunch”, candanya.
Pada saat hampir tiba di tempat pertemuan, beliau bertanya: “Where are you going for Friday service (Shalat Jumat)?” Sang sopir itu menjawab: “In the basement of the 29th Street and Fifth Avenue, masjid Abdurrahman”. Arthur spontan menjawab bahwa dirinya adalah pastor gereja yang memiliki gedung tersebut.
Masjid Abdurrahman adalah masjid yang selalu penuh pada hari Jum'at, dan bahkan melakukan Jum'atan dua kali karena tempatnya tidak mencukupi. Masjid ini menyewa gedung dengan harga yang sangat murah dari gedung gereja Marble tersebut. Kebtulan saya beberapa kali menjadi Khutba, walau belum pernah saya sampaikan ke Arthur.
Sang sopir hampir tidak percaya, karena telah bertahun-tahun shalat di gedung itu secara nyaman dan kini bertemu dengan tuan gedung itu. Arthur melanjutkan: “Suddenly he stopped the taxi and shut of the meter. When I gave him the money he strongly rejected it, got down from his taxi and opened the door for me”. Arthur melanjutkan "When I gave him the money..he did not want to take it. He rejected it strongly..But finally I convinced him to take as a gift from mr for his chidlren".
“I have never imagined before any taxi driver nicer than this”, katanya.
Cerita ini kembali diulangi oleh Arthur dalam acara Trialogue di hari Thanksgiving bulan Nopember lalu. Kontan saja para hadirin tertawa mendengar cerita Arthur yang menarik itu. Saya pada saat itu juga ikut tertawa. Tapi dalam hati sanubari saya berucap: “Alhamdulillah, ternyata terkadang sesuatu yang kecil yang kita lakukan tanpa disadari memberikan dampak positif yang besar bagi upaya mengoreksi kesalah pahaman banyak orang tentang agama ini.
Kembali ke Partnership. Banyak yang saya pribadi ambil sebagai pelajaran. Tapi salah satu dari pelajaran itu adalah bagaimana anggota-anggota organisasi ini, yang sangat diverse; Yahudi dengan segala denominasi, Kristen dengan segala denominasi, Katolik, Episcopalian, dan Muslim (ketiga Imam adalah Sunni). Tidak saja beragam secara denominasi tapi di dalam satu denominasi juga terjadi perbedaan pendapat yang terkadang cukup tajam. Mungkin bisa dikatakan, ada yuang konservatif dan ada yang liberal. Namun yang pasti, setelah selesai dilakukan diskusi-diskusi secara intens, pada akhirnya kembali merasa tidak ada apa-apa yang pernah terjadi.
Saya masih teringat, sekitar 8 bulan lalu, di saat para kandidat presiden sibuk mendiskusikan berbagai posisi mereka dalam banyak hal, termasuk dalam hal-hal yang secara agama bersentuhan. Misalnya eborsi, pemisahan negara dan agama, hukum mati, dan bahkan sempat didiskusikan secara panas bagaimana menyikapi berkebangnya kecenderung legalisasi ‘perkawinan sejenis’.
Kontan Muslim, Orthodox Jews dan Katolik, maupun beberapa aliran di kalangan Kristen menentang dengan keras perkawinan sejenis. Bagi kami Muslims, tidak ada jalan kompromi. Bahkan jika perlu, operasi kelamin dibolehkan jika memang secara fisik genetic harus dilakukan. Sementara kalangan Kristen protestan, Episcopalian dan Jewish Reform melihatnya sebagai bagian dari ‘human rights’ dan ‘freedom of choice’.
Saya masih ingat bagaimana seorang Rabbi Orthodox dan seorang Rabbi Reform bersitegang dengan menggunakan dalil dan basis yang sama, tapi masing-masing memiliki argumentasi yang berbeda. Demikianpula di kalangan pendeta Kristiani dengan segala denominasinya.
Poin saya di sini bukan memotivasi poerbedaan pendapat mengenai ‘perkawinan sejenis’ di kalangan umat Islam, tapi lebih kepada bagaimana menyikapi perbedaan, walau itu terkadang dianggap sangat fundamental. Mungkin pada akhirnya, kalau saja dengan selain sesame pemeluk agama umat ini punya ajaran “lakunm dinukum wa liya diin”, lalu kenapa dengan sesama pemeluk Islam kita tidka berani mengatakan “Kullukum mas’uulun an ra’iyyatih” (termasuk gembalaan opini kita sendiri) di hari Akhirat nanti.
Kalau sikap ini mampu kita bangun, maka akan banyak agenda lain yang dapat menyatukan dan dikerjkan bersama bisa diselesaikan. Agenda ekonomi umat yang masih berat, kemiskinan dan kelaparan. Agenda pendidikan yang berat dengan kebodohan yang masih menyelimuti umat. Agenda politik yang masih runyam dengan masih mengakarnya sistim ‘diktatorship’ di berbagai negara-negara mayoritas Muslim. Agenda sosial yang masih semrawut dengan ketidak disiplinan umat, termasuk dalam waktu, dan seterusnya.
Kalau kita bisa menyadari ini, tentu kita tidak akan lebih bisa bersalaman dengan orang-orang Kristen ketimbang dengan saudara-saudara kita dari kalangan Syiah. Demikian tentunya sebaliknya, teman-teman Syiah tidak lebih senang berjabat tangan dengan komunis ketimbang sudara-saudaranya dari kalangan sunni.
Ah..kenyataan berbicara lain. Di berbagai belahan dunia Islam saat ini, terkadang menyambung relasi dengan manusia beda agama lebih ‘comfortable’ ketimbang dengan manusia sesama iman. Kenapa ya? Mungkin justeru kita harus belajar bagaimana orang lain berbeda pendapat dan mengelolah perbedaan itu dalam rangkaian kepentingan bersama.
Mungkin masanya kita belajar penafsiran makna ‘satu tubuh’ dari praktek-praktek orang lain. Berbeda dan masing-masing punya posisi dan peranannya, karena itu adalah kodratnya. Tapi perbedaan anggoto tubuh yang satu ini mampu diorganisir sehingga melahirkan pergerakan yang harmonis, seirama, walau kenyataannya berbeda dalam wujud dan peranan. (Bersambung!)
New York, 24 Pebruari 2009
|
Subscribe to:
Comments (Atom)