Monday, November 05, 2007

Menyikapi Aliran Menyimpang Dari Islam

Di tanah air tidak sedikit adanya aliran-aliran yang dianut orang Islam yang akhirnya menyimpang dari ajaran Islam. Seperti para pengikut "nabi" dari Betawi, pengikut Isa bugis, pengikut Salamullah, dlsb. IMHO, lahirnya aliran2 yang menyimpang dari mainstream Islam ini biasanya disebabkan dua faktor:

1. Faktor pengalaman spiritual: seperti klaim bermimpi bertemu Nabi, Allah, atau merasa didatangi malaikat atau mendengar bisikan mereka, dlsb.

2. Faktor argumentasi/pemahaman terhadap pengetahuan agama: seperti hanya mau memakai hanya Qur'an, menolak hadits, dlsb.

Faktor spiritual experience sifatnya subjective, hanya bisa dirasakan oleh mereka yang mengalaminya saja. Pengakuan pengalaman spiritual ini bisa saja bohong atau dibuat2, tapi bisa juga memang benar dirasakan mereka (pengalaman mimpi yang diinterpretasi sebagai suatu yang "extraordinary" or "divine" - yang jelas dipengaruhi oleh faktor pengetahuan agama mereka). Benar atau tidaknya klaim ini bisa juga dianalisa dari motif dibaliknya. Orang mengklaim sesuatu (jujur atau tidaknya ia) biasanya memiliki motif tertentu, seperti motif ingin mendapatkan harta, atau power/status (ingin dihormati banyak orang), atau lainnya.

Tapi dengan asumsi mereka jujur terhadap klaimnya, pemahaman mereka masih bisa dianalisa karena berhubungan dengan faktor kedua di atas (faktor argumentasi/pemahaman thd pengetahuan agama). Kalau ternyata pengetahuan agama mereka terbukti tidak berdasar, atau tidak konsisten, hanya partial semata, atau argument yang mereka pakai terbukti mengandung logical fallacy ( e.g. using unreliable sources, out-of-context, non-historical, inconsistent argument, etc),  kesalahan interpretasi yang mereka yakini akan terlihat jelas oleh semua pihak. Tapi usaha meyakinkan mereka kembali tidaklah mudah karena biasanya mereka sudah begitu yakin akan keyakinannya dan menutup kemungkinan2 lainnya (termasuk kemungkinan adanya involvement dari jin/setan yang memang berusaha menyesatkan manusia dari masa ke masa).

Saya pernah berdiskusi dengan mereka yang menganut paham Ahmadiah, Inkar sunnah, Salamullah, etc. dan saya melihat sendiri argumentasi2 yang mereka pakai sering mengandung fallacies. Contohnya, inconsistent argument: hadits dipakai untuk mendukung pendapat mereka, tetapi ketika ditunjukkan hadits yang meruntuhkan argument mereka, mereka langsung bilang hadits tidak bisa dipercaya karena ditulis ratusan tahun setelah Nabi wafat. First of all, kalau tidak bisa dipercaya, kok tadi dipakai? Second of all, ketika ditanya dari mana mereka tahu sejarah penulisan hadits ini, mereka tidak bisa mengquote sumbernya (anedoctal semata). Lastly, ketika ditanya dari mana mereka tahu adanya seorang Nabi bernama Muhammad bin Abdullah yang menerima wahyu Qur'an, mereka bilang dari buku2 sejarah Islam. Ketika ditanya dari mana sumber buku2 sejarah tsb kalau tidak dari hadits maupun sirah? Mereka diam.

Saya rasa banyak umat Islam ini perlu diajarkan tentang metode berpikir yang benar. Terutama anak2 mudanya, yang diera globalisasi ini (di mana internet mudah diakses di mana2) pemikiran mereka akan dihujani pemikiran2 yang berbagai macam yang mungkin oleh generasi2 sebelumnya tidak pernah terlintas dibenak mereka. Kalau umat sudah mendapat bekal bagaimana memilah2 berbagai macam paham, saya yakin tidak akan ada orang2 yang mau mengikut mereka yang membuat2 aliran2 baru dalam Islam.

Tolong dikoreksi bila ada yang salah.
Mudah2an ada manfaatnya.

Wallahu'alam.


No comments: