Tuesday, July 05, 2005

Conflict management buat umat

Terus terang saja, saya memiliki trauma mengenai unity dalam umat ini. Sudah banyak saya lihat perdebatan sengit di masjid, sampai menuju ke perkelahian fisik sesama Muslims, hanya karena diakibatkan perbedaan pendapat terhadap suatu hal yang sepele. Dalam rapat MSA (Muslim Students' Association), masjid committee members, bahkan dalam acara ceramah mingguan di dalam masjid, sempat pernah terjadi konflik macam ini. Sedihnya lagi, ada beberapa Muslim yang baru mencoba aktif di masjid, menjadi malas ke masjid kecuali untuk shalat Jum'at, karena perasaan was2 terjadinya conflict.

Itu baru dari sebuah local Muslim community. Belum lagi dari segi nasional, internasional. Banyak sudah orang mengumandangkan perlu ukhuwah Islamiyah, tapi tidak sedikit dari mereka malah membuat kotak2 baru di umat ini. Antara berbagai organisasi Islam tidak jarang konflik2 terjadi antara sesama Muslim akibat perbedaan visi, background dan metode2 da'wah yang tidak jarang membuat sekat2 pembatas, padahal masing2 mempunyai tujuan sama, yakni menjunjung tinggi kalimat Ilahi. Teringat selalu peristiwa masa lalu dalam sejarah perjalanan umat Islam, peristiwa pecahnya perang antara Ali dan Mu'awiyah, yang sama2 merasa berdiri di atas kebenaran, begitu pula sepeninggal mereka, antara Sunni dan Syi'ah, antara NU dan Muhammadiyah, dlsb.

Manusia yang diberikan akal dengan kapasitasnya masing2 oleh Allah SWT memiliki latar belakang yang berbeda2 sehingga normal saja bila manusia yang satu berbeda pendapat dengan manusia lainnya terhadap hal yang sama. Beda pendapat biasanya dilihat sebagai suatu hal yang negatif oleh banyak orang, padahal bisa menjadi hal yang positif apabila dengannya terbuka pandangan dan menjadi luasnya wawasan masing2 pihak. Perbedaan pendapat ini kalau tidak bisa di-manage atau di-handle dengan baik akan menyebabkan konflik di antara pihak2 yang berbeda pendapat. Dan pada umumnya konflik bersifat merugikan kalau membuat perpecahan atau permusuhan antara pihak2 yang mengalaminya.

Kalau saja orang2 Islam memahami bagaimana caranya me-manage perbedaan pendapat yang terjadi antara mereka tentunya konflik bisa dihindari sehingga tidak akan terjadi perpecahan bahkan perseteruan yang tajam antara sesama Muslim. Sayangnya, jarang sekali setahu saya di masjid2, sekolah2, organisasi2 Islam, kita dengar adanya materi2, workshop, atau seminar2 yang membahas bagaimana cara mengatasi konflik ini. Adanya guidelines atau petunjuk secara terstruktur cara keluar masalah ini sangatlah bermanfaat buat umat Islam yang kini tengah tidak bersatu akibat berbagai konflik (termasuk konflik antar pribadi/personal, ataupun antar jamaah).

Berikut ini contoh beberapa guidelines dalam menyelesaikan konflik dengan cara syura, musyawarah, yang saya dapat dari berbagai sumber:
  1. Kumpulkan fakta yang benar, hindarkan hearsays/gossips/rumors,
  2. Bersikap objective dan sabar, tidak subjective dan emosional,
  3. Hindari titik2 ekstrim yang bisa membuat lebih parah conflict,
  4. Coba lihat dari kedua pihak perspective (put yourself in other people shoes) untuk memahami perasaan pihak lain,
  5. Mau mengakui kebenaran atau argument pihak lain bila bisa diterima secara objective, dan mengakui kesalahan serta mengkoreksinya bila memang demikian setelah didiskusikan masalahnya,
  6. Rendah hati dan tetap menjaga akhlaq karimah.

Dr.Iqbal Unus dari ISNA (Islamic Society of North America) pernah menulis suatu artikel mengenai cara mengatasi conflict dengan metode SALAM:
  1. Stating the conflicting view,
  2. Agreeing the conflict exist, without making any judgment,
  3. Listening for and learning the difference,
  4. Advising one another, recognizing that the advisor is not always right, accepting the standard Al Qur'an and the authentic Sunnah,
  5. Minimizing areas of disagreement that could lead to aggression or withdrawal

Semua ini bisa disimpulkan dalam 3 metode:
1. Shura (musyawarah),
2. Naseeha (saling menasehati),
3. Ta'awun (saling kerja sama membangun/cooperation).

Apakah mungkin dengan mengajarkan materi seperti ini di dalam acara training dan seminar2 Islam dapat meminimize dampak negatif dari konflik yang telah ada atau bahkan dapat menghilangkannya dari umat? Sehingga persatuan yang selalu diimpikan dan didambakan menjadi realitas...?

Wallahu'alam.

No comments: