Saturday, January 19, 2008

Kemana para ulama Islam?

Di tengah2 semaraknya Islamophobia, para Islamophobes kabarnya banyak yang menjadi millionaire karena penjualan buku2 anti-Islam yang menjadi best-sellers. Sayang, saya belum menjumpai adanya buku2 refutation dari Muslim scholars terhadap buku2 tsb. Padahal banyak Muslim professors dan intellectuals di banyak universitas baik di berbagai negara termasuk Timur Tengah. Yang saya jumpai hanya website2 yang dikelola oleh laymen (not specialized Islamic scholars) yang merasa concern untuk merespond. ( e.g. islamic-awareness.org, etc).

Saya pernah bertanya kepada Dr.Jamal Badawi, Dr.Ahmad Sakr juga Imam Zaid Shakir (Zaituna Institute) sewaktu mereka berkunjung ke sini, kapan terbit buku2 menjawab Islamophobes, belum ada jawaban pasti. Terakhir (beberapa tahun yang lalu) saya dengar Hamza Yusuf beserta beberapa scholars lainnya akan menerbitkan buku2 tanggapan, tapi saat ini belum dengar lagi kabarnya.
Apakah memang ada Muslim scholars yang sudah menulis buku refutation or rebuttal tapi tidak mau diterbitkan oleh any publisher? Termasuk Islamic publisher? Kalau tidak salah di US ada Amana, IIIT, dan Zaituna publishers.

Tidak sedikit yang bilang bahwa banyak ulama dan professor Muslim di timur tengah yang tidak mahir dalam bahasa Inggris dan tidak banyak pula penterjemah yang mahir menterjemahkan ke bahasa Inggris sehingga mudah dibaca dan dimengerti "native speakers". Sayangnya selama ini tidak ada yang memberikan alternatif solusi, dan semakin lama waktu berjalan makin banyak orang2 awam yang terpengaruh dengan pembentukan opini Islamophobes ini. Saya rasa survey yang diconduct CAIR tentang menaiknya trend Islamophobes ini salah satu penyebabnya bisa jadi karena pembentukan opini yang buruk ttg Islam ini.

Lain halnya dengan orang2 non-Muslim di sini yang begitu cepat mengcounter buku2 yang menyerang keimanan mereka. Waktu Richard Dawkins menerbitkan bukunya "The God Delusion" yang bestsellers itu, tidak lama kemudian muncul buku2 rebuttalnya, salah satunya "The Dawkins Delusion". Atau bukunya Bart Ehrman "Misquoting Jesus", tidak lama kemudian muncul buku2 rebuttalnya, seperti "Misquoting Truth". Apakah para authors ini dibayar mahal, atau berniat menjadikan bukunya bestsellers pula, atau karena memiliki motivasi tinggi, waktu yang banyak, atau team effort yang bagus? Saya tidak tahu, tapi yang saya sayangkan adalah mengapa orang2 Islam tidak bisa melakukan hal yang serupa?

Sayang sekali (mudah2an jangan sampai terjadi) kalau buku2 anti-Islam ini tidak jarang dijadikan reference oleh mereka yang non-Muslims untuk belajar tentang Islam. Bayangkan kalau buku2 ini dibaca pihak authority or policy makers yang akan mempengaruhi sikap dan attitude mereka terhadap Muslims baik local, national maupun international.

Saya sedih kalau ada orang2 Islam sendiri merasa tidak peduli dan berusaha merespond masalah ini. Mungkin mereka ataupun keluarga mereka belum merasakan dampak dari Islamophobia. Padahal common sense saja sebenarnya, image Islam dan Muslim yang dibuat buruk sedemikian rupa bila diconsumed oleh ignorant people akan membuat mereka membenci Muslims dan ini bisa mentrigger hate crimes towards Muslims.

Sedih lagi kalau ada Muslims yang sampai berkomentar "It's wasting time and energy to respond to Islamophobes". Apakah mereka tidak percaya lagi dengan adanya pahala dari Allah SWT dalam setiap usaha da'wah? Or is that only an excuse for our laziness or our inability in writing and articulating our responses in English? It is upon us Muslims to ponder this and start doing the effort.

Wallahu'alam.

No comments: