Saturday, January 05, 2008

Banned from the Bible

Dalam liburan bulan yang lalu saya juga menonton program "Banned from the Bible". Setahu saya mainstream Christians berpendapat bahwa the banned gospels tsb ditulis oleh Gnostic sects yang menganut paham "Gnosticism" yang bertentangan dengan ajaran Judaism, Christianity and Islam, yang berpendapat bahwa manusia itu sebenarnya adalah divine spirits yang terperangkap dalam dunia yang diciptakan oleh evil entity, karena itu menurut mereka gospels tsb dilarang. Tetapi ternyata teori dan definisi paham Gnosticism sampai saat ini masih banyak diperdebatkan oleh para historians karena banyak variationsnya dari sekte ke sekte terutama sejak ditemukannya manuscripts Dead Sea Scrolls and Nag Hamadi.

Kebetulan saat itu saya sedang berdiskusi dengan beberapa rekan Christians mengenai reliability dari kisah Jesus' crucifixion and his resurrection. Mereka berpendapat bahwa kedua events ini adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri karena didukung informasi dari gospel manuscripts dari awal abad pertama juga informasi di luar gospels dari first or second century historians. Makanya mereka merasa heran mengapa orang2 Islam kok percaya begitu saja kepada Qur'an yang diturunkan 600 tahun setelah zaman Jesus yang mengandung informasi bertentangan dengan data2 awal abad pertama  dan kedua yang lebih dekat jaraknya dengan event tsb (4:157).

Juga mereka melihat adanya kebingungan di kalangan orang2 Islam sendiri akan siapa sebenarnya yang disalib. Ada ulama yang berpendapat bahwa yang ditaruh di tiang salib itu sebenarnya Jesus namun ia tidak mati, hanya tampak mati oleh orang2 yang melihatnya (swoon theory), sehingga tidak bisa dibilang Jesus itu disalib (karena berdasarkan terminologi "crucified" mengandung arti "died on the cross"). Kelompok Ahmadiyyah umumnya menganut paham ini. Ahmad Deedat dan Dr.Zakir Naik sering dibilang menganut teori ini meskipun sebenarnya argument ini mereka gunakan untuk membuktikan kemungkinan Jesus tidak mati di tiang salib berdasarkan ayat2 Bible sendiri.

Ada pula orang2 Islam yang berpendapat bahwa yang disalib itu adalah Judas Iskariot salah satu disciple yang menghianati Jesus. Dulu sejak SD saya masih ingat teori ini sering diajarkan dalam pelajaran2 agama Islam di tanah air. Setahu saya teori ini berdasarkan isi dari Gospel of Barnabas yang manuskriptnya ditemukan di akhir abad ke-16. Meskipun autentisitas manuscript gospel ini diragukan, ternyata dalam abad ke-6 gospel ini pernah dimasukkan ke dalam list gospels yang dilarang oleh Church. Meskipun demikian karena manuscript dari abad ke-6 ini belum ada yang menemukan, kita masih belum bisa membuktikan kesamaan isinya dengan manuscript dari abad ke-16.

Ada pula yang berpendapat bahwa yang disalib itu adalah salah satu disciple of Jesus yang memvolunteerkan diri untuk diubah mukanya seperti Jesus dan disalib in his place. Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan hal ini berdasarkan pendapat dari Ibn Abbas dari Ibn Abi Hatim juga dari riwayat An-Nasa'i. Sedangkan "Tafsir Jalalayn" (Al-Mahalli and As-Suyuthi) berpendapat bahwa yang disalib itu adalah salah seorang dari Jews atau tentara Romawi yang datang untuk menangkap Jesus. Riwayat lain yang disebut berasal dari Ibn Abbas dalam "Tafsir Ibn Abbas" menyebutkan bahwa yang disalib itu adalah salah seorang tentara Romawi bernama Tatianus. Ada pula yang berpendapat bahwa yang disalib itu adalah Simon the Cyrene yang datang untuk memanggul tiang salib menuju ke arena penyaliban. Dlsb.

Ketika mereka bertanya siapa yang disalib menurut saya, saya bilang wallahu'alam. Yang saya tahu berdasarkan Qur'an adalah Jesus tidak dibunuh (wa ma qataluhu) dan tidak pula disalib (wa shalabuhu). Ini berarti Islam tidak mengakui adanya konsep penebusan dosa seluruh manusia di tiang salib dengan disalibnya the so-called a "God-Man" in form of Jesus.

Al Qur'an tidak mengingkari adanya peristiwa atau event crucifixion itu sendiri. Tetapi Al Qur'an jelas2 tidak mengakui bahwa Jesus was crucified (either it was him alive on the cross or someone else was put to death on the cross in his place, Qur'an doesn't say). Ketika mereka bertanya mengapa saya tidak percaya kepada informasi dari current canonized gospels Mark, Matthew, Luke and John yang mereka klaim berdasarkan first eyewitnesses, saya tanya balik mengapa mereka bisa berkesimpulan demikian padahal banyak contradictions dalam kisah penyaliban tsb dalam gospels yang diakui sekarang.

Mereka bilang kontradiksi2 tsb hanya pada "surrounding events" bukan pada "the main event" (that is the crucifixion) yang keempat gospels ini setuju semua. Saya bilang pointnya tetap valid bahwa adanya kontradiksi2 ini, meskipun pada surrounding events, jelas menunjukkan bahwa narasi2 tsb bukan berasal dari first eyewitnesses, tetapi berdasarkan cerita dari mulut ke mulut tanpa adanya dokumentasi yang jelas mengenai chain of narrations (sanad) yang bisa ditrace sumbernya, sehingga bisa saja cerita2 ini diubah2 dari mulut ke mulut berdasarkan paham bermacam2 orang sehingga tidak faktual adanya.

Copy  dari gospel Mark saja (yang dibilang lebih tua dari Matthew dan Luke) baru ditulis sekitar 70 tahunan after the events. Author dari Matthew dan Luke pun menurut para Bible scholars menulis gospel mereka berdasarkan gospel Mark as well as a hyphothetical gospel "Q" yang sampai sekarang belum ditemukan manuscriptsnya.

Lalu mengenai pertanyaan mereka mengapa orang Islam percaya kepada informasi dalam Al Qur'an yang diturunkan 600 tahun setelah Jesus, saya bilang kredibilitas Al Qur'an lebih bisa dipertanggungjawabkan dari pada kredibilitas Bible. Al Qur'an diturunkan di tengah2 zaman di mana banyak gospels yang tidak jelas sumbernya dan kebenaran isinya. Church saja baru bisa memfinalize canonization Bible di abad ke 5. Mengapa mereka tidak pernah bertanya mengapa mereka mengimani gospels baru available 5000-4000 tahun setelah datangnya Torah kepada Moses? Pada point ini mereka agree to disagree karena pada akhirnya menurut mereka semua kembali kepada keimanan yang ada di hati masing2.

Dalam liburan bulan lalu saya juga mencoba membaca beberapa buku mengenai sejarah Bible ini terutama yang ditulis oleh seorang distinguished New Testament scholar, Dr.Bart Ehrman, dua di antaranya: "Misquoting Jesus" dan "New Testament". Beliau juga pernah diinterview di NPR dan ketika saya dengarkan interviewnya, saya sampai berpikir wah kok mirip ya pendapatnya dengan apa yang dikatakan Al Qur'an (3:78, 2:78-79, 2:59, 5:13), someone needs to give this man some da'wah!  :-)

Interview beliau bisa didengar di link ini:  http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=5052156

Mudah2an bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Tolong dikoreksi atau ditambahkan kalau ada yang salah atau kurang.

Wallahu'alam.

No comments: