Friday, May 25, 2007

Ringkasan kronologis pembukuan Al Qur'an

Sebagai Muslim kita meyakini bahwa Al Qur'an yang kita miliki saat ini adalah sama dengan yang dibaca Nabi SAW serta para shahabat beliau. Apa buktinya bahwa Al Qur'an tidak pernah berubah isinya dan tidak terjadi penambahan, pengurangan atau perubahan ayat2nya seperti halnya dengan kitab2 sebelumnya?

Ayat2 Al Qur'an selain ditulis semasa Nabi SAW masih hidup juga dihapal oleh banyak shahabat beliau. Selepas Nabi SAW wafat, khalifah Abu Bakar (ra) memerintahkan Zaid bin Tsabit (ra) untuk mengcopy dan mengumpulkan suhuf2 berdasarkan hapalan seluruh isi Al Qur'an, untuk dibukukan dalam satu kitab. Di zaman khalifah Utsman bin 'Affan (ra) beliau memerintahkan Zaid kembali bersama2 shahabat2 lainnya untuk mereproduksi/mengcopy exactly mushaf yang disusun oleh Abu Bakr sebelumnya, dan dijadikan standard mushaf untuk didistribusikan ke wilayah2 baru Islam.

Dua metode yang digunakan Nabi SAW dan para shahabat beliau dalam menjaga kemurnian isi Al Qur'an:
1) memorization (penghapalan),
2) written manuscripts (manuskrip tertulis).

Berikut ini data2 yang bisa didapat dari catatan2 hadits dan sirah:

1. Nabi SAW menganjurkan penghapalan dan menyuruh penulisan Qur'an semasa ia hidup (Bukhari)

2. Nabi SAW regularly meminta para shahabat melafazhkan Al Qur'an yang dihapalnya di hadapan beliau (Bukhari)

3. Nabi mengirimkan utusan untuk mengajarkan Al Qur'an (Ibnu Hisyam)

4. Nabi memerintahkan pembacaan ayat2 Al Qur'an dalam shalat dan menganjurkan tadarrus Al Qur'an dalam setiap keluarga Muslim, especially pada bulan Ramadhan. (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dll)

4. Selepas Nabi SAW wafat, ketika 70 orang penghapal Al Qur'an gugur dalam perang, karena khawatir tidak adanya official WRITTEN copy of mushaf, Abu Bakar sebagai khalifah memerintahkan pengumpulan suhuf2 (written manuscripts - kertas, pelepah, dlsb), tempat ayat2 Al Qur'an ditulis untuk membentuk official written copy of the mushaf. Para shahabat Nabi SAW ada yang literate (bisa tulis baca) dan ada yang illiterate tapi semua menghapal the whole Qur'an. Yang literate memiliki kumpulan suhuf pribadi mereka. Abu Bakr memerintahkan Zaid bin Tsabit melakukan tugas ini. Zaid mengumpulkan suhuf2 yang didukung oleh memorization para shahabat at least 2 orang yang hapal Al Qur'an sebagai saksinya. Official mushaf pertama Al Qur'an pun terbentuk. (Bukhari)

4. Setelah Abu Bakr wafat, mushaf ini dipegang oleh Umar. Setelah Umar wafat, putrinya Hafsa yang memegang mushaf. Tidak ada satu pun historical records yang menginformasikan adanya DISPUTE atau PROTEST dari para shahabat terhadap keshahihan mushaf ini. Mushaf ini tidak disebarkan ke segenap penjuru wilayah kekhalifan Islam karena mainly para shahabat yang menyebarkan Islam menghapal seluruh Al Qur'an dan sebagian dari mereka memiliki suhuf pribadi. (Bukhari)

5. Di zaman Utsman sebagai Khalifah, Islam sudah menyebar luas di mana berbagai macam dialek exist. Ketika dalam military journey ke Armenia dan Azerbijan, terdapat dan terdapat perselisihan bacaan yang benar dalam Al Qur'an di kalangan orang2 Islam. Untuk menghindari perselisihan ini, Utsman meminjam mushaf dari Hafsa dan memerintahkan satu team yang diketuai Zaid bin Tsabit untuk MENGCOPY mushaf Hafsa ini exactly the same content. Kemudian Utsman mengirim mushaf copyan ini ke seluruh wilayah Islam. (Bukhari)

Utsman tidak membuat ulang mushaf, tapi hanya mengcopy mushaf yang sudah dikumpulkan oleh Abu Bakr. Distribusi standard copy mushaf ini diterima di semua wilayah Islam:

"The wide distribution of the standard text and its UNDISPUTED
authority can also be deduced from the reports on the battle of Siffin
(AH 37), 27 years after the death of the Prophet, and 5 years after
Uthman's copies were distributed, Mu'awiyah's troops fixed sheets
from Qur'an on their spears to interupt the battle. However nobody
accused anyone else of using a 'partisan' version of the text, which
would have made a splendid accusation against the enemy." (Ulumul
Qur'an, Von Denffer).

Untuk meyakinkan public bahwa tidak ada perbedaan antara mushaf yang dikumpulkan Utsman ini dengan standard mushaf Hafsa, mushaf2 lainnya dibakar di depan public. Yang menyaksikan event tsb adalah para shahabat Nabi SAW yang hidup bersama di zaman Nabi termasuk para penghapal Al Qur'an. Tidak ada yang protes terhadap hal tsb.

Zaid is reported to have said, "I saw the companions of Muhammad
(going about) saying, "By Allah, Uthman has done well! By Allah,
Uthman has done well!" (Nisaburi)

Ibn Abi Dawud records Musab ibn Sad ibn Abi Waqqas to have
testified: "I saw the people assemble in large number at Uthman's
burning of the proscribed copies; not a one spoke out against him."
Ali commented, "If I were in command in place of Uthman, I would have
done the same." (Zarkashi)

Para pendebat otentisitas Qur'an sering membawa argument bahwa Abdullah bin Mas'ud keberatan dan INITIALLY tidak mau memberikan mushafnya kepada Utsman. Mereka seharusnya menyadari bahwa ini terjadi karena mushaf tsb dimilikinya sejak beliau mendapat pengajaran Al Qur'an dari Nabi SAW masih hidup dan terdapatnya personal notes yang ditulisnya sebagai penjelasan terhadap ayat2 Al Qur'an, yang bukan merupakan ayat2 Al Qur'an itu sendiri. Jelas saja pada awal mulanya beliau tidak mau menyerahkan personal mushafnya ini untuk dibakar. Di samping itu beliau merasa berhak untuk ikut dalam komite yang dipimpin Zaid yang lebih junior dari beliau dari segi umur. Berikut ini pengakuan orientalis Arthur Jeffrey sendiri terhadap tindakan Ibn Mas'ud tsb:

...As for 'Abdullah's initial objection to hand over his codex
to 'Uthman, and his anger of assigning the compilation of the codices
to Zayd rather than him to the extent that 'Uthman said: "Who can
make 'Abdullah excuse me? He is angry at me as I didn't put him in
charge of copying the Qur'an. Why didn't he complain of Abu Bakr
and 'Umar since they are the ones who put Zayd in charge?
It was also narrated in that report that the Companions didn't
approve Ibn Mas'ud when he said: "How can I be isolated from the
Codices [i.e. from their copy] while I received 70 surahs from the
Prophet and Zayd was still a kid playing with kids. It was also
narrated that 'Abdullah eventually agreed with 'Uthman and approved
the opinion of the community and regretted his previous sayings and
was ashamed from them. Indeed Abu Waael narrated that report and
ended with: " 'Abdullah was ashamed of his attitude and said 'I am
not the best among them' " and he stepped down the mimbar.
Ref: Arthur Jeffery, Muqaddimatan Fi 'Ulum al-Qur'an
(Two Muqaddimas To The Qur'anic Sciences), 1954, Makhtabat al-Khanji,
pg. 94-95.

Para pendebat otentisitas Al Qur'an biasanya sering mengutip dari bukunya Jeffrey ini tapi tidak pernah mengutip bagian di atas. Objectivitas mereka dalam hal ini dipertanyakan.

Mudah2an bermanfaat bagi yang membutuhkan informasi ini.

Wallahu'alam


References:

1. Ahmad Von Denffer: Ulumul Qur'an, Islamic Foundation, 1985

2. Abdur Rafay Ahmad & Mohd Elfie Nieshaem Juferi:
What is the Degree of the Authenticity of the Qur'an Historically?
http://www.answering-christianity.com/quran/quran_textual-reply.html

4. Islamic Awareness' The Qur'anic Manuscripts http://www.islamic-awareness.org/Quran/Text/Mss/

3. Dr.G.F.Haddad:
Sayyidina `Uthman's Preservation of Qur'an
http://www.sunnah.org/history/Sahaba/Sayyidina_Uthmans_preservation_Quran.htm

2 comments:

Anonymous said...

Di kalangan kaum muslim awam, teks dan bacaan yang ada dewasa ini di dalam mushaf Alquran diyakini sebagai rekaman lengkap dan otentik wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang dikodifikasi Zayd ibn Tsabit berdasarkan otoritas Khalifah Utsman ibn Affan. Pernyataan Alquran dalam 15:9, dipandang sebagai garansi ilahi atas kemurnian mushaf tersebut dari berbagai perubahan dan penyimpangan, bahkan --menurut suatu pendapat yang ahistoris-- dalam titik serta barisnya.
Tetapi, orang-orang yang mengetahui perjalanan historis Alquran menyadari bahwa keadaan sebenarnya tidaklah sesederhana itu. Fenomena kesejarahan Alquran yang awal justeru menunjukkan eksisnya keragaman tradisi teks dan bacaan kitab suci itu, yang kemudian menjadi alasan utama dilakukannya standardisasi Alquran oleh Utsman untuk kepentingan kohesi sosio-politik umat Islam.

uraian artikel anda di atas terlalu menyederhanakan proses penyusunan Al Quran yang super komplek. Penyederhanaan macam ini biasanya untuk menyembunyikan sesuatu agar tidak diketahui banyak orang.
Fakta yang terekam sejarah dan tidak pernah dibantah oleh siapapun adalah adanya ukuran yang dilakukan oleh zaid bin tsabit ketika ia menjawab permintaan Abu bakar untuk mengumpulkan Al quran
" Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami me­mindahkan sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang."

Mengumpulkan dan menyusun Al quran di ukur oleh Tsabit sebagai sesuatu pekerjaa yang lebih sulit dari memindahkan gunung raksasa.

Bisakah manusia memindahkan gunung raksasa ?.... Imposible bukan ?

Jadi Pengumpulan pengumpulan dan penyusuan Al quran pada masa itu adalah very very Imposible.

Kalau sekarang ada Al quran di tangan anda benarkan ia kitab yang lengkap ? benarkah ia kitab yang sempurna seperti yang dipropagandakan selama ini.


Sahabat, Sebenarnya literatur Sunni sendiri memperbincangkan berbagai riwayat yang menyebutkan sejumlah ayat telah hilang sebelum Alquran dihimpun atas inisiatif Abu Bakar. Pakar ilmu Alquran Suyuti dalam Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an meriwayatkan bahwa Umar pernah mencari-cari ayat Alquran yang ia lupa-lupa ingat. Umar menjadi sedih sekali, karena akhirnya ia menemukan orang yang mencatat ayat itu telah meninggal saat Perang Yamamah, dan akibatnya ayat itupun hilang (vol.I: 204). Umar juga ingat ayat-ayat lain yang ia pikir hilang dari Alquran, termasuk satu ayat tentang kewajiban terhadap orang tua dan satu lagi tentang jihad (vol.III: 84). Hal ini dibenarkan oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan Ubay bin Ka'ab. Demikian juga dikemukakan Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar.
Banyak keberatan juga ditujukan pada teks Alquran versi Usmani yang dibakukan hingga sekarang. Sejumlah riwayat menyebutkan, banyak sahabat terkemuka tidak menjumpai dalam teks resmi sejumlah ayat yang mereka sendiri dengar dari Nabi, atau menemukannya dalam bentuk berbeda. Ubay bin Ka'ab, misalnya, membaca surat al-Bayyinah dalam versi berbeda yang ia klaim didengarnya dari Nabi, termasuk dua ayat yang tidak tercatat dalam teks Usmani. Ia berkata, versi orisinal dari surat al-Ahzab lebih panjang; ia juga mengingat ayat rajam hilang dari teks Usmani. Hal ini didukung oleh Zaid bin Tsabit dan Aisyah (yang menyebutkan pada masa hidup Nabi surat tersebut tiga kali lebih panjang). Hudzaifah bin Yaman menemukan sekitar tujuh puluh ayat tidak tercantum dalam teks Usmani, ayat-ayat yang ia sendiri biasa membacanya pada masa hidup Nabi. Ia mengatakan, surat al-Bara'ah (ke-9) dalam teks Usmani hanya sepertiga atau seperempat dari apa yang ada pada masa Nabi.
Riwayat di atas tidak bersumber dari orientalis, melainkan kitab-kitab ulama terdahulu.

M.Ridha said...

Lihat response saya di link ini:
http://mridha.blogspot.com/2009/07/menjawab-keraguan-terhadap-otentisitas.html