Tuesday, June 03, 2008

At-Tahrim:1-5, Tafsir Ibn Katsir dan Safwat At-Tafasir

Saya ingin meminta bantuan kepada ikhwah yang memiliki tafsir Ibn Katsir yang full version (bukan yg mukhtasar atau abridged version in English) juga Safwat At-Tafasir nya Muhammad Ali Sabuni, untuk tafsir surat At-Tahrim ayat 1-5.

Banyak orang2 anti Islam/Islamophobes yang menggunakan tafsir surat ini untuk menghujat Nabi SAW yang dikatakan bahwa ayat2 tsb turun untuk mengkritik Nabi yang mengharamkan dirinya untuk menggauli hamba sahayanya Maria al-Qibtiyah setelah salah satu istri beliau, Hafsa RA, menemukan Nabi berdua Maria di rumahnya, padahal hari itu adalah giliran Nabi dengan Hafsa.

Para Islamophobes ini mengatakan bahwa tafsir2 klasik termasuk Ibn Katsir, Baydawi, Zamakhsyari, dan kontemporer Safwat at-Tafasirnya Ali Sabuni memuat hadits2 yang berkenaan dengan hal ini, tetapi tafsir Ibn Katsir (abridged version - yang bisa juga dibaca online) yang diterjemahkan dalam bhs Inggris tidak memuat kisah ini lagi tetapi hanya memuat latar belakang yang lain yaitu Nabi mengharamkan dirinya meminum madu untuk menyenangkan istri2nya (diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim). Mereka menuduh ini usaha dari ulama2 Islam untuk menutupi kisah yang mereka tuduh "memalukan" terhadap Nabi mereka.

Ketika saya bilang bahwa tafsir Ibn Katsir dalam bhs Inggris itu hanya memuat hadits2 yang shahih saja, mereka meminta apa buktinya hadits2 yang berkenaan dengan Hafsa dan Maria ini dikatakan tidak shahih? Mereka mengatakan pula bahwa dalam Safwat at-Tafasirnya, Ali Sabuni mengatakan bahwa menurut Ibn Katsir kisah mengenai Maria ini lebih dipercaya daripada kisah Nabi dan madu, dengan alasan jealousy yang timbul akibatnya di kalangan istri Nabi.

Karena saya tidak memiliki kedua kitab tsb, saya ingin meminta tolong ikhwah di sini yang memilikinya mungkin bisa membantu mencheck status hadits2 tsb. Atau bisa pula memforwardkan email ini kepada mereka yang memiliki specialized knowledge terhadap masalah ini.

Berikut ini Ibn Katsir full version online:
http://quran.al-islam.com/Tafseer/DispTafsser.asp?nType=1&bm=&nSeg=0&l=arb&nSora=66&nAya=1&taf=KATHEER&tashkeel=0

Mungkin ada ikhwah yang jago bhs Arab di sini yang bisa mencari tahu apakah benar Ibn Katsir lebih percaya kepada cerita Maria dan Hafsa ini dibanding hadits shahih berkenaan dengan Nabi dan madu tsb?

Jazakullah khair atas bantuannya.


---- response from mas Ahmad Rafiq -----

Assalamu'alaikum,

Sebelumnya saya mau memperkenalkan diri sebagai "wong anyar" dari yogya, tapi asli saya dari Banjarmasin, nama saya Ahmad Rafiq. Nuwun mas Munjid (senior saya di Dep. of Religion Temple Uni) yang ngetokin pintu IMSA buat saya, mudahan saya bisa belajar banyak dari sini. Saya kenal beberapa nama  di sini yang saya pernah ktemu, tapi banyak yang belum, Insya Allah waktunya tiba untuk "kopi darat".

Saya tidak jago bahasa Arab, tp yang saya paham dari Ibnu Kasir, bukannya dia berusaha menutupi kasus pertama, tetapi hadis yang pertama itu sahih dengan syarat Bukhari Muslim, tetapi tidak ada dalam satupun kitab hadis yang enam (itu bisa masuk Mustadrak ya? yang lain mungkin lebih tahu), sementara riwayat yang tentang madu memang terdapat dalam Kitab Bukhari Muslim (artinya kita masih mungkin menemukan hadis sahih di luar Bukhari Muslim). Jadi singkatnya dia tidak membanding kekuatan kedua hadis tersebut secara langsung. Sementara itu versi ringkas Ibnu Kasir memang hanya mencantumkan hadis sahih yang diambil dari Bukhari Muslim, tapi dengan catatan, versi ringkas ini bukan Ibnu Kasir yang meringkas, karena bagi ibnu Kasir sendiri dalam banyak tafsir ayat yang lain keseimbangan informasi itu penting (sebenarnya karena karaternya yang bil-Ma'sur/berbasis riwayat maka dia akan berusaha mengumpulkan riwayat sebanyak yang dia bisa dalam setiap penafsirannya).
Sementara itu kalo kita baca tafsir yang lebih banyak mencatumkan riwayat, bahkan jadi rujukan Ibnu Kasir, seperti al-Tabari, ia lebih cenderung untuk menyebut riwayat yang tentang kasus Mariah al-Qibtiyah, Hafsah, dan Aisyah lebih kuat dibanding yang tentang minuman (madu/ bahkan dia tidak menyebut secara tegas tentang Madu). Tapi rangkaian ayat ini harus dibaca sampai tuntas, mulai dari Nabi SAW sebagai manusia yang juga bisa tersalah, lalu diingatkan Tuhan (sebagaimana pada banyak kasus lain), lalu kasus ini menjadi salah satu dasar hukum kifarat Half al-Yamin (melanggar sumpah) dan larangan mengharamkan yang halal, lalu kewajiban Istri untuk menjaga rahasia rumah tangga (termasuk 'aib suami), kemudian kewajiban menjaga keluarga dst.
yang menarik bagi saya surah al-tahrim itu bisa dilhat dalam kelompok besar, ayat 1-5 itu termasuk yang ghairu ibtidaiy, artinya yang pakai asbab al-nuzul, tapi ayat yang pakai asbab al-nuzul ini seringkali nanti (dalam al-Quran) akan disambung dengan yang ibtida'iy (tidak punya asbab), justeru pada ayat-ayat yang tidak punya asbab inilah nilai-nilai pelajaran dari ayat-ayat sebelumnya akan ditekankan, bisa kita lihat pada ayat 6 dst sampai cerita istri Nuh, Lut, Firaun n Maryam.

Anyway, saya kadang mikir kalo harus ngelayani orang Islamophobia (sebagaimana juga segelintir orang Islam yang selalu memandang orang lain sebagai musuh), apa nggak ada kerjaan lain bagi mereka yang lebih konkrit. tapi mungkin memang harus ada kali ya kelompok2 seperti itu untuk "menyeimbangkan" wacana n mancing kita ben mikir neh, asal jangan main gebuk!. Kadang kita justeru belajar dari sesuatu yang kita tidak senang.

Wallahu a'lam, gitu dulu sekedar perkenalan,

Wassalam

Rafiq.

No comments: