Thursday, July 09, 2009

Menjawab keraguan terhadap otentisitas Qur'an

Assalamu'alaikum wr.wb.,

Ada yang menanggapi tulisan mengenai sejarah Al Qur'an di bawah.
Berikut ini response saya terhadap tanggapan tsb.
Mudah2an bermanfaat.


> Di kalangan kaum muslim awam, teks dan bacaan yang ada dewasa
> ini di dalam mushaf Alquran diyakini sebagai rekaman lengkap
> dan otentik wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang dikodifikasi Zayd
> ibn Tsabit berdasarkan otoritas Khalifah Utsman ibn Affan.
> Pernyataan Alquran dalam 15:9, dipandang sebagai garansi ilahi
> atas kemurnian mushaf tersebut dari berbagai perubahan dan
> penyimpangan, bahkan --menurut suatu pendapat yang ahistoris--
> dalam titik serta barisnya.
>

Pendapat mengenai kemurnian kitab suci Al Qur'an ini tidak hanya
di kalangan Muslim awam, tapi juga di kalangan scholars, Muslim
maupun non-Muslim. Meskipun dasar keimanan terhadap ini bisa
dilihat dalam Qur'an 15:9, tetapi hal ini bisa dibuktikan melalui
catatan2 sejarah dan argumen yang logis (i.e. presevation by
memorization and the written text).


> Tetapi, orang-orang yang mengetahui perjalanan historis Alquran
> menyadari bahwa keadaan sebenarnya tidaklah sesederhana itu.
> Fenomena kesejarahan Alquran yang awal justeru menunjukkan
> eksisnya keragaman tradisi teks dan bacaan kitab suci itu, yang
> kemudian menjadi alasan utama dilakukannya standardisasi
> Alquran oleh Utsman untuk kepentingan kohesi sosio-politik umat
> Islam. Uraian artikel anda di atas terlalu menyederhanakan
> proses penyusunan Al Quran yang super komplek. Penyederhanaan
> macam ini biasanya untuk menyembunyikan sesuatu agar tidak
> diketahui banyak orang.

Sejarah Al Qur'am bisa dibaca oleh semua, tidak ada yang perlu
disembunyikan, dan tidak perlu juga dibuat2 seakan2 menjadi
"kompleks" apalagi "super kompleks".

Beberapa sahabat terpercaya yang ditugaskan Utsman untuk menyalin/
mengcopy mushaf Qur'an yang sebelumnya dicompiled oleh Abu Bakar
berdasarkan suhuf2 yg telah ditulis dan dihapal semasa Nabi SAW masih
hidup untuk dijadikan standard mushaf yang disebarkan ke pelosok wilayah
Islam. Utsman melakukan tugas ini untuk menghindari perpecahan di
kalangan umat Islam di daerah2 baru di luar Arabia (Armenian dan
Azerbijan). Bukan karena adanya keragaman tradisi text dan bacaan
Qur'an (di luar yang diajarkan Nabi SAW).


> Fakta yang terekam sejarah dan tidak pernah dibantah oleh
> siapapun adalah adanya ukuran yang dilakukan oleh zaid bin
> tsabit ketika ia menjawab permintaan Abu bakar untuk
> mengumpulkan Al quran
>
> " Demi Allah, Jika sekiranya mereka minta kami me­mindahkan
> sebuah gunung raksasa, hal itu akan terasa lebih ringan dari
> apa yang mereka perintahkan pada saya sekarang."
>
> Mengumpulkan dan menyusun Al quran di ukur oleh Tsabit sebagai
> sesuatu pekerjaa yang lebih sulit dari memindahkan gunung
> raksasa.
>
> Bisakah manusia memindahkan gunung raksasa ?.... Imposible
> bukan ?
>
> Jadi Pengumpulan pengumpulan dan penyusuan Al quran pada masa
> itu adalah very very Imposible.


Ucapan Zaid tsb jangan langsung diartikan literally, tapi
merupakan ungkapan perasaan beliau yang overwhelming akan beratnya
tugas tsb. Ini mengingat bahwa meskipun banyak para sahabat
menghapal Al Qur'an semasa Nabi hidup, tapi mereka yang bisa
menulis Al Qur'an dalam suhuf2 tidak sebanyak mereka yang
menghapalkan. Seandainya ada satu mushaf saja di kalangan shahabat
saat itu dan mushaf ini somehow hilang atau terbakar, Al Qur'an
tidak hilang begitu saja dari kalangan mereka karena adanya
tradisi kuat penghapalan ini. Usaha pengumpulan suhuf yang
ditugaskan kepada Zaid ini bukanlah suatu yg impossible, buktinya
Zaid akhirnya menerima tugas ini dan berhasil menyelesaikannya.



> Kalau sekarang ada Al quran di tangan anda benarkan ia kitab
> yang lengkap ? benarkah ia kitab yang sempurna seperti yang
> dipropagandakan selama ini.
>

Jelas benar. Historically and logically. Kalau seluruh mushaf Al Qur'an
di dunia sekarang ini dibakar semuanya dan hilang dari muka bumi,
umat Islam dengan mudah bisa menulis kembali mushaf2 yg sama
dari hapalan2 mereka. Tradisi kuat penghapalan Al Qur'an ini turun
temurun dari generasi ke generasi sejak dari zaman Nabi. Bahkan
saat ini pun mungkin ada ratusan ribu orang di seluruh dunia yang
menghapal Al Qur'an from cover to cover.


> Sahabat, Sebenarnya literatur Sunni sendiri memperbincangkan
> berbagai riwayat yang menyebutkan sejumlah ayat telah hilang
> sebelum Alquran dihimpun atas inisiatif Abu Bakar. Pakar ilmu
> Alquran Suyuti dalam Al-Itqan fi 'Ulum al-Qur'an meriwayatkan
> bahwa Umar pernah mencari-cari ayat Alquran yang ia lupa-lupa
> ingat. Umar menjadi sedih sekali, karena akhirnya ia menemukan
> orang yang mencatat ayat itu telah meninggal saat Perang
> Yamamah, dan akibatnya ayat itupun hilang (vol.I: 204). Umar
> juga ingat ayat-ayat lain yang ia pikir hilang dari Alquran,
> termasuk satu ayat tentang kewajiban terhadap orang tua dan
> satu lagi tentang jihad (vol.III: 84).
>
> Hal ini dibenarkan oleh Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas,
> dan Ubay bin Ka'ab.
>

Ada dua hal yang perlu diingat:

1. Dalam 'ulumul Qur'an, dikenal adanya konsep "nasikh wa
mansukh", di mana dikenal adanya ayat2 Qur'an yang dihapus qira'at
atau bacaannya berdasarkan petunjuk Nabi SAW berdasarkan wahyu
dari Allah SWT (2:106). Meskipun terdapat perbedaan pendapat di
antara scholars mengenai detail hal ini, kita jumpai adanya
catatan2 sejarah atau riwayat2 yang menyebutkan memang ada ayat2
yg pernah diturunkan dan dihapalkan tapi kemudian dihapuskan dari
ingatan dan bacaannya sehingga tidak dimasukkan ke dalam kumpulan
suhuf Al Qur'an semasa Nabi hidup, dan ini berdasarkan petunjuk
Nabi SAW sendiri. Jadi ayat2 tsb tidaklah hilang atau tidak ditemukan
tulisannya begitu saja setelah Nabi wafat.

2. Riwayat2 mengenai hal ini yang bisa ditemukan dalam kitab2
ulumul qur'an atau masahif tidak semuanya bisa dipercaya begitu
saja tanpa diverifikasi keshahihannya. Ini jelas2 menunjukkan
keterbukaan, tidak ada riwayat2 yang disembunyikan oleh para ulama
Islam dalam hal sejarah Al Qur'an. Mengenai hal ini one scholar
Dr.G.F.Haddad, menulis:
"Anything that comes only from kitab al-Masahif must be held in
suspension until corroborated by an independent, reliable source
or declared authentic by one of the competent authorities, or
adduced by them".

Yang jelas, riwayat2 yg nyata2 shahih telah terang menyebutkan
bahwa seluruh isi Qur'an telah dihapal dan ditulis semasa Nabi SAW
hidup di bawah supervisi beliau sendiri. Apakah masuk akal kalau
kita memilih mempercayai riwayat2 yg tidak shahih dan penuh
keraguan dibanding riwayat2 yg shahih?


> Demikian juga dikemukakan Anas bin Malik dan Abdullah bin Umar.
> Banyak keberatan juga ditujukan pada teks Alquran versi Usmani
> yang dibakukan hingga sekarang. Sejumlah riwayat menyebutkan,
> banyak sahabat terkemuka tidak menjumpai dalam teks resmi
> sejumlah ayat yang mereka sendiri dengar dari Nabi, atau
> menemukannya dalam bentuk berbeda.

Lihat point 2 di atas.

>
> Ubay bin Ka'ab, misalnya,membaca surat al-Bayyinah dalam versi
> berbeda yang ia klaim didengarnya dari Nabi, termasuk dua ayat
> yang tidak tercatat dalam teks Usmani. Ia berkata, versi
> orisinal dari surat al-Ahzab lebih panjang; ia juga mengingat
> ayat rajam hilang dari teks Usmani. Hal ini didukung oleh Zaid
> bin Tsabit dan Aisyah (yang menyebutkan pada masa hidup Nabi
> surat tersebut tiga kali lebih panjang). Hudzaifah bin Yaman
> menemukan sekitar tujuh puluh ayat tidak tercantum dalam teks
> Usmani, ayat-ayat yang ia sendiri biasa membacanya pada masa
> hidup Nabi. Ia mengatakan, surat al-Bara'ah (ke-9) dalam teks
> Usmani hanya sepertiga atau seperempat dari apa yang ada pada
> masa Nabi.
>
> Riwayat di atas tidak bersumber dari orientalis, melainkan
> kitab-kitab ulama terdahulu.

Lihat point 1 (nasikh mansukh) dan 2 (keshahihan riwayat2) di
atas.

Tidak sedikit orientalist dan misionaris yang mengutip riwayat2
yang disebutkan dalam kitab2 'Ulumul Qur'an maupun Masahif,seperti
al-Itqannya Suyuthi dan al-Masahifnya Ibn Abi Dawud, tanpa analisa
yang valid, konsisten, dan komprehensif (Dr.M.M.Azami dan
Dr.M.Mohar Ali membeberkan contoh2 nyata mengenai hal ini dalam
buku2 mereka - see the reference below). Padahal As-Suyuthi maupun
Ibn Abu Dawud sendiri mengakui bahwa isi mushaf Utsman bin Affan
adalah identik dengan apa yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada para
sahabatnya.

Dr.M.M.Azami menulis:
Even the author of al-Masahif himself, Ibn Abu Dawud, categorically denies
the reliability of reports about the variant readings which clash with the
‘Uthmanic text saying:
"We do not submit that anyone should recite the Qur’an except what
in Uthmanic mushaf. If anyone recites in his prayer against this
mushaf, I will order him to re-do his prayer." (Al-Masahif, p.53-54).

Wallahu'alam bi shawab.

--
Wassalam,
Ridha

References:

* The History of the Qur’anic Text from Revelation to Compilation,
by Dr.M.Mustafa Al-Azami
* The Qur’an and The Orientalists, by Dr.M.Mohar Ali
* Variant Readings of the Qur’an, by Dr.Ahmad Ali al-Imam
* Ulumul Qur’an, by Ahmad Von Deffer
* Companion Memorizers Of Qur'an, Refutation Of False Claims Made
By Christian Missionaries, by Dr.G.F.Haddad.

No comments: